Pemimpin oposisi Belarusia Sviatlana Tsikhanouskaya, Rabu (19/8), mendesak para pemimpin Uni Eropa agar menolak hasil pemilihan presiden yang memicu protes besar-besaran. Pemilu itu mendatangkan masa jabatan keenam bagi Presiden Alexander Lukashenko, sebagaimana dilansir dari kantor berita AFP.
“Saya meminta Anda untuk tidak mengakui pemilu yang curang ini,” kata Tsikhanouskayadalam pidato melalui video kepada Dewan Eropa.Ia menambahkan, Lukashenko telah kehilangan semua legitimasi di mata negaranya dan dunia.
Pemimpin otoriter yang telah mengendalikan negara bekas Soviet itu selama 26 tahun, mengklaim kemenangan dalam pemilu 9 Agustus lalu yang memicu protes besar-besaran serta penindakan brutal oleh polisi yang dikecam oleh negara-negara Barat.
Permintaan Tsikhanouskaya itu dilontarkan sebelum telekonferensi darurat para pemimpin Uni Eropa pada hari Rabu (19/8) untuk membahas dampak pemilu di Belarusia.
Para pemimpin Uni Eropa, di antaranya Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel, pada pekan ini mendesak Rusia -sekutu kuat Belarusia- agar melobi dialog di Minsk.
Tsikhanouskaya mengatakan, pemilu 9 Agustus lalu tidak jujur, tidak transparan dan hasilnya dipalsukan. Tsikhanouskaya, yang berusia 37 tahun, mengatakan ia akan menyelenggarakan pemilu baru jika Lukashenko mundur. Sekutu-sekutunya telah membentuk suatu dewan koordinasi untuk memastikan peralihan kekuasaan. Dewan ini dijadwalkan bersidang hari Rabu.
Lukashenko (65 tahun) telah mengesampingkan permintaan agar ia mengundurkan diri atau menyelenggarakan pemilu dan mengklaim bahwa oposisi berupaya “merebut kekuasaan.” [uh/ab]