Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan pada Sabtu (21/9) mengungkapkan kekhawatirannya mengenai potensi eskalasi konflik antara Israel dan Lebanon. Namun, ia menggarisbawahi bahwa pembunuhan Israel terhadap pemimpin tinggi Hizbullah, Ibrahim Aqil, dianggap sebagai ganjaran yang setimpal bagi kelompok yang didukung Iran itu.
Berbicara kepada pada wartawan di Wilmington, Delaware, Sullivan mengatakan ia masih melihat ada jalan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza. Namun, Washington "belum pada titik saat ini di mana kami siap untuk mengajukan sesuatu di atas meja."
Sullivan mengatakan Amerika Serikat akan terus bekerja sama dengan Qatar dan Mesir sebagai juru runding dengan Hamas. Washington sendiri merupakan pihak yang melakukan perundingan dengan Israel. Namun, Amerika Serikat tidak dalam posisi untuk mengusulkan kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
"Bisakah itu berubah selama beberapa hari mendatang? Bisa saja," kata Sullivan.
Hizbullah mengatakan 16 anggotanya termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan tinggi lainnya, Ahmed Wahbi, termasuk di antara 37 orang yang menurut Kementerian Kesehatan Lebanon tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran kota Beirut pada Jumat.
Serangan udara Israel, yang menurut Kementerian Kesehatan Lebanon menewaskan tiga anak dan tujuh perempuan, adalah insiden yang paling mematikan sejak konfilk dengan Hizbullah pecah pada 8 Oktober. Kelompok itu mulai menembakkan roket ke Israel sebagai bentuk solidaritas kepada Palestina saat menghadapi serangan Israel yang berlangsung berlangsung selama setahun.
Sullivan mengatakan serangan yang dilakukan pada Jumat itu merupakan balasan bagi Aqil, yang menjadi buronan Amerika karena terkait dalam dua pengeboman di Beirut pada 1983, yang menewaskan lebih dari 300 orang di Kedutaan Amerika, dan barak Marinir.
"Setiap kali seorang teroris yang membunuh orang Amerika diadili, kami percaya bahwa itu adalah hasil yang baik.”
Sullivan mengatakan risiko eskalasi lebih lanjut "sangat serius," menyusul serangan Israel serta ledakan pager dan walkie-talkie di Lebanon bulan ini yang menewaskan sedikitnya 39 orang dan melukai sekitar 3.000 orang. Israel diyakini sebagai pelaku serangan tersebut.
"Meskipun risiko eskalasi itu nyata, kami sebenarnya percaya ada juga jalan untuk mencapai penghentian permusuhan dan solusi yang langgeng yang membuat orang-orang di kedua sisi perbatasan merasa aman," kata Sullivan.
Serangan udara Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung orang-orang terlantar di Kota Gaza selatan pada Sabtu (21/) menewaskan sedikitnya 22 orang termasuk 13 anak-anak dan enam perempuan, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Israel mengatakan pihaknya menargetkan pusat komando Hamas yang berada di sekolah tersebut. [ah/ft]
Forum