Para perempuan yang melarikan diri dari perang di Ukraina, Selasa (8/3) disambut dengan bunga tulip dan bunga lainnya di penyeberangan perbatasan Siret di Romania, untuk menandai Hari Perempuan Internasional.
Kantor berita AP melaporkan meskipun ada peringatan hari perempuan banyak perempuan yang melarikan diri dari perang ini merasa stres karena harus mencari kehidupan baru untuk anak-anak mereka sementara suami, saudara laki-laki dan ayah mereka tetap tinggal di Ukraina untuk membela negara.
Salah seorang di antaranya adalah Anastasia Kvirikashvili (19 tahun), yang melarikan diri dari kota Vinnytsia, Ukraina."Hadiah terbaik untuk setiap perempuan adalah menghentikan perang," jelas Anastasia Kvirikashvili.
Pemerintah Ukraina mengeluarkan perintah yang melarang laki-laki berusia 18 hingga 60 tahun meninggalkan negara itu. Itu artinya sebagian besar dari yang melarikan diri dari Ukraina adalah perempuan dan anak-anak.
Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mendorong laki-laki agar ikut berperang melawan invasi Rusia atau membuat mereka siap mengikuti wajib militer.
Situasi itu menyebabkan adegan perpisahan yang memilukan, dan kekhawatiran yang semakin besar ketika beberapa bagian Ukraina yang dikepung dan dihantam serangan tidak bisa dijangkau.
Tetapi bagi sebagian perempuan yang telah mencapai Siret, bunga itu membawa kegembiraan pada saat yang tragis dalam hidup mereka. "Rasanya sangat menyenangkan, jujur, saya sangat menghargainya," kata Mariia Kotelnytska (15 tahun), yang melarikan diri dari Poltava bersama neneknya.
Jumlah pengungsi yang melarikan diri dari Ukraina, Selasa (8/3)mencapai 2 juta yang menurut PBB, merupakan eksodus tercepat di Eropa sejak Perang Dunia II.
Sementara itu di Afghanistan para aktivis mengatakan Taliban, Selasa (8/3) menghentikan aksi donor darah para aktivis perempuan yang memperingati Hari Perempuan Internasional.
Berbicara di luar rumah sakit Kabul bersama tujuh aktivis lainnya, Monesa Mubarez, ketua gerakan hak-hak perempuan, mengatakan kelompok itu awalnya ingin memprotes tindakan brutal Taliban terhadap pengunjuk rasa hak-hak perempuan, tapi mereka memutuskan untuk menyumbangkan darah sebagai gantinya.
Kampanye itu digagalkan oleh direktur rumah sakit Jumhuriat di Kabul yang ditunjuk Taliban ketika staf rumah sakit mengetahui kampanye itu untuk memperingati hari perempuan.
Ia mengatakan koordinasi telah dilakukan sebelumnya, tetapi ketika mereka datang untuk memulai kampanye, kepala rumah sakit, yang merupakan salah seorang pejabat Taliban tidak mengizinkan kampanye itu. Upaya untuk meyakinkan bank darah di pusat kota juga sia-sia dan kampanye mereka dihentikan.
Taliban telah mempertahankan sikapnya untuk menegakkan hak-hak perempuan menurut interpretasi mereka tentang Islam. [my/lt]