NEW DELHI —
Para ahli dan aktivis mengatakan longgarnya peraturan pada penggunaan pestisida dan tidak memadainya pendidikan menjadi ancaman kesehatan yang besar.
Pihak berwenang di India mengatakan bahwa jejak pestisida tanaman Monokrotofos dalam makanan, nasi dan kari kentang yang disajikan kepada anak-anak sekolah di sebuah desa di Bihar pada bulan lalu menyebabkan kematian 23 anak itu. Makan siang di sekolah yang gratis itu dimasak dengan minyak goreng yang disimpan dalam wadah yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang sangat beracun.
Organisasi Kesehatan Dunia /WHO telah mencap Monokrotofos sangat berbahaya dan beberapa negara termasuk Amerika, Pakistan, China, dan Uni Eropa, telah melarang pestisida itu. Tapi pestisida beracun itu masih lazim digunakan di lahan-lahan pertanian di India.
Alasannya: Pestisida itu lima kali lebih murah dibandingkan pestisida yang digunakan untuk memberantas berbagai hama, seperti penggerek dan belalang, yang memakan tanaman. Di negara di mana biaya sangat berarti bagi para petani miskin, pestisida menjadi perdebatan yang kerap diangkat oleh pejabat.
T.P. Rajendran, asisten Dirjen Perlindungan Tanaman di Dewan Penelitian Pertanian India, mengatakan Monokrotofos adalah pestisida yang sangat murah dibandingkan dengan pilihan-pilihan lainnya.
"Pestisida yang ada saat ini sangat, sangat mahal. Biaya akan sangat tinggi sedangkan Monokrotofos ini adalah pestisida generik .... seperti dalam obat-obatan, kita juga punya masalah yang sama pada pestisida. Pestisida lama masih berlaku, baik dan berguna, yang bisa kami sampaikan adalah pestisida itu harus digunakan dengan bijaksana,” kata Rajendran.
Tetapi para ahli dan aktivis mengatakan penggunaan yang bijaksana tersebut tidak dilakukan. Mereka menunjukkan bahwa peraturan pemerintah yang rinci mengenai penanganan pestisida jarang diikuti.
Gopal Krishna dari kelompok pengawas Toxics Watch Alliance yang berbasis di New Delhi mengunjungi desa kecil di Bihar pasca tragedi makan siang itu.
"Ketika saya mensurvei seluruh daerah, saya melihat beberapa kontainer insektisida dibuang di sekitar sekolah di mana hal ini terjadi. Setelah produsen menjual insektisida, mereka menganggap urusan mereka selesai. Tidak ada ketentuan untuk menangani kontainer. Jadi digunakan secara luas dan digunakan lagi dan umumnya orang tidak tahu bagaimana cara membuang racun dari kontainer itu,” papar Gopal Krishna.
Krishna mengatakan pihak berwenang harus membuatnya wajib bagi produsen untuk mengambil kembali semua kontainer digunakan untuk menjual bahan kimia berbahaya.
Kelompok-kelompok seperti Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan mendukung larangan pestisida yang sangat beracun seperti Monokrotofos karena risiko menggunakannya jauh lebih tinggi dibandingkan manfaatnya.
Tapi di negara yang sangat menekankan peningkatan produksi pangan untuk memberi makan populasi 1,2 milyar serta membuat biayanya terjangkau, para ahli mengatakan hal itu kecil kemungkinannya terjadi dalam waktu dekat.
Pihak berwenang di India mengatakan bahwa jejak pestisida tanaman Monokrotofos dalam makanan, nasi dan kari kentang yang disajikan kepada anak-anak sekolah di sebuah desa di Bihar pada bulan lalu menyebabkan kematian 23 anak itu. Makan siang di sekolah yang gratis itu dimasak dengan minyak goreng yang disimpan dalam wadah yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang sangat beracun.
Organisasi Kesehatan Dunia /WHO telah mencap Monokrotofos sangat berbahaya dan beberapa negara termasuk Amerika, Pakistan, China, dan Uni Eropa, telah melarang pestisida itu. Tapi pestisida beracun itu masih lazim digunakan di lahan-lahan pertanian di India.
Alasannya: Pestisida itu lima kali lebih murah dibandingkan pestisida yang digunakan untuk memberantas berbagai hama, seperti penggerek dan belalang, yang memakan tanaman. Di negara di mana biaya sangat berarti bagi para petani miskin, pestisida menjadi perdebatan yang kerap diangkat oleh pejabat.
T.P. Rajendran, asisten Dirjen Perlindungan Tanaman di Dewan Penelitian Pertanian India, mengatakan Monokrotofos adalah pestisida yang sangat murah dibandingkan dengan pilihan-pilihan lainnya.
"Pestisida yang ada saat ini sangat, sangat mahal. Biaya akan sangat tinggi sedangkan Monokrotofos ini adalah pestisida generik .... seperti dalam obat-obatan, kita juga punya masalah yang sama pada pestisida. Pestisida lama masih berlaku, baik dan berguna, yang bisa kami sampaikan adalah pestisida itu harus digunakan dengan bijaksana,” kata Rajendran.
Tetapi para ahli dan aktivis mengatakan penggunaan yang bijaksana tersebut tidak dilakukan. Mereka menunjukkan bahwa peraturan pemerintah yang rinci mengenai penanganan pestisida jarang diikuti.
Gopal Krishna dari kelompok pengawas Toxics Watch Alliance yang berbasis di New Delhi mengunjungi desa kecil di Bihar pasca tragedi makan siang itu.
"Ketika saya mensurvei seluruh daerah, saya melihat beberapa kontainer insektisida dibuang di sekitar sekolah di mana hal ini terjadi. Setelah produsen menjual insektisida, mereka menganggap urusan mereka selesai. Tidak ada ketentuan untuk menangani kontainer. Jadi digunakan secara luas dan digunakan lagi dan umumnya orang tidak tahu bagaimana cara membuang racun dari kontainer itu,” papar Gopal Krishna.
Krishna mengatakan pihak berwenang harus membuatnya wajib bagi produsen untuk mengambil kembali semua kontainer digunakan untuk menjual bahan kimia berbahaya.
Kelompok-kelompok seperti Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan mendukung larangan pestisida yang sangat beracun seperti Monokrotofos karena risiko menggunakannya jauh lebih tinggi dibandingkan manfaatnya.
Tapi di negara yang sangat menekankan peningkatan produksi pangan untuk memberi makan populasi 1,2 milyar serta membuat biayanya terjangkau, para ahli mengatakan hal itu kecil kemungkinannya terjadi dalam waktu dekat.