Tautan-tautan Akses

Penduduk Asli AS Hadapi Risiko Kekerasan akibat Pandemi Covid-19


Penduduk asli Amerika melakukan aksi unjuk rasa di Cannon Ball, North Dakota (foto: ilustrasi).
Penduduk asli Amerika melakukan aksi unjuk rasa di Cannon Ball, North Dakota (foto: ilustrasi).

Keprihatinan semakin besar bahwa pandemi COVID 19 menyebabkan keluarga penduduk asli AS (native American) terancam risiko kekerasan dan serangan seksual semakin besar.

“Kota kami kecil, dan Anda bisa dengar polisi sibuk beroperasi dari satu ujung kota ke ujung lainnya,” demikian kata T.J. Whirlwind Soldier, anggota suku Sicangu Oyate, satu dari tujuh suku Lakota Nation.

Dia membahas tentang kota kecil Mission di Rosebud Reservation di South Dakota, yang penduduknya sekitar 1.200 orang dan banyak ditemukan pengangguran serta kemiskinan.

“Saya semakin banyak mendengar sirene mobil polisi akhir-akhir ini,” katanya.

“Saya rasa virus corona benar-benar berdampak pada penduduk. Anda lihat banyak orang menjadi agresif, dan ini menyebabkan peningkatan konsumsi minuman beralkohol dan penyalahgunaan narkoba.”

Whirlwind Soldier bekerja untuk Program Sicangu MVP, sebuah program yang membantu laki-laki dan keluarga mereka pulih dari kekerasan dan trauma lainnya.

Sicangu MVP merupakan bagian dari White Buffalo Calf Women’s Society, sebuah organisasi nirlaba yang membantu korban kekerasan rumah tangga dan serangan seksual serta merupakan organisasi perlindungan tertua di komunitas penduduk asli AS. [jm/pp]

XS
SM
MD
LG