Banyak perempuan tidak bisa hamil karena kondisi yang dikenal sebagai Polycystic Ovary Syndrome atau Sindrom Ovarium Polikistik, di mana indung telur tidak bisa mengeluarkan hormon yang cukup untuk merangsang produksi telur. Cedera pada ovarium yang disebabkan oleh radiasi atau bedah juga dapat menganggu kemampuan perempuan memroduksi cukup telur yang baik supaya bisa hamil.
Anthony Atala, Direktur Pengobatan Regeneratif di Lembaga Forest Wake di Winston-Salem, North Carolina, mengatakan, penyakit ovarium yang tidak bisa memroduksi telur yang sehat juga sering dialami perempuan pra-menopause yang lebih tua.
"Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, potensi kesuburannya turun secara substansial. Bahkan, setelah usia 30 tahun, kesuburan turun secara jelas. Setelah usia 40 tahun, semakin sulit untuk hamil dan itu terkait dengan kualitas telur dalam indung telur," paparnya.
Diperkirakan 10 persen perempuan berusaha hamil sedikitnya selama setahun. Setelah itu, mereka dianggap tidak subur.
Atala dan rekan-rekan sejawatnya merangsang produksi telur yang belum matang dari sel indung telur tikus. Atala mengatakan bahwa sel itu setara dengan sel telur perempuan berusia 25 tahun.
Mereka menaruh sel itu selama seminggu di dalam cawan petri yang diisi dengan unsur-unsur kimia penumbuh kaya nutrisi, kemudian menempatkan sel itu di bawah gel penutup yang memungkinkan sel itu tumbuh secara tiga dimensi, dan bukannya dalam satu lapisan. Setelah tiga minggu, para ilmuwan meniliti telur yang belum matang itu, yang menonjol dari beberapa kelompok sel indung telur, untuk mempelajari pertumbuhan, produksi hormon, dan kemampuan telur-telur itu untuk menunjukkan gen.
Atala mengatakan, telur muda itu menghasilkan hormon yang ada pada telur normal tahap awal.
"Penelitian kami masih dalam tahap awal, tetapi benar-benar menunjukkan bahwa sel dapat diperoleh dan telur dapat dikembangkan. Telur itu dapat dimatangkan setidaknya sampai titik tertentu," papar Atala lagi.
Atala mengatakan, langkah berikutnya adalah mencoba menghasilkan telur yang layak dari sel indung telur manusia. Atala memperkirakan akan menggunakan teknik fertilisasi in fitro, dengan sperma ayah untuk menyuburkan secara artifisial telur yang baru dibuat di luar rahim. Telur yang dibuahi itu kemudian dikembalikan ke rahim ibu untuk kehamilan normal.
Atala memaparkan temuannya itu pada pertemuan Kongres Klinis Perhimpunan Dokter Bedah Amerika tahun 2012 baru-baru ini.
Anthony Atala, Direktur Pengobatan Regeneratif di Lembaga Forest Wake di Winston-Salem, North Carolina, mengatakan, penyakit ovarium yang tidak bisa memroduksi telur yang sehat juga sering dialami perempuan pra-menopause yang lebih tua.
"Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, potensi kesuburannya turun secara substansial. Bahkan, setelah usia 30 tahun, kesuburan turun secara jelas. Setelah usia 40 tahun, semakin sulit untuk hamil dan itu terkait dengan kualitas telur dalam indung telur," paparnya.
Diperkirakan 10 persen perempuan berusaha hamil sedikitnya selama setahun. Setelah itu, mereka dianggap tidak subur.
Atala dan rekan-rekan sejawatnya merangsang produksi telur yang belum matang dari sel indung telur tikus. Atala mengatakan bahwa sel itu setara dengan sel telur perempuan berusia 25 tahun.
Mereka menaruh sel itu selama seminggu di dalam cawan petri yang diisi dengan unsur-unsur kimia penumbuh kaya nutrisi, kemudian menempatkan sel itu di bawah gel penutup yang memungkinkan sel itu tumbuh secara tiga dimensi, dan bukannya dalam satu lapisan. Setelah tiga minggu, para ilmuwan meniliti telur yang belum matang itu, yang menonjol dari beberapa kelompok sel indung telur, untuk mempelajari pertumbuhan, produksi hormon, dan kemampuan telur-telur itu untuk menunjukkan gen.
Atala mengatakan, telur muda itu menghasilkan hormon yang ada pada telur normal tahap awal.
"Penelitian kami masih dalam tahap awal, tetapi benar-benar menunjukkan bahwa sel dapat diperoleh dan telur dapat dikembangkan. Telur itu dapat dimatangkan setidaknya sampai titik tertentu," papar Atala lagi.
Atala mengatakan, langkah berikutnya adalah mencoba menghasilkan telur yang layak dari sel indung telur manusia. Atala memperkirakan akan menggunakan teknik fertilisasi in fitro, dengan sperma ayah untuk menyuburkan secara artifisial telur yang baru dibuat di luar rahim. Telur yang dibuahi itu kemudian dikembalikan ke rahim ibu untuk kehamilan normal.
Atala memaparkan temuannya itu pada pertemuan Kongres Klinis Perhimpunan Dokter Bedah Amerika tahun 2012 baru-baru ini.