Tuduhan bahwa Presiden Donald Trump menyembunyikan atau merahasiakan percakapannya dengan pemimpin Russia telah menyoroti tugas seorang penerjemah, yang sangat penting, khususnya dalam diplomasi tingkat tinggi.
Penerjemah, apakah yang bekerja dalam konferensi puncak internasional ataupun bertugas dalam sidang pengadilan tingkat rendahpun, terikat oleh kode etik bahwa mereka tidak akan mengungkapkan apa yang didengarnya dalam percakapan yang mereka terjemahkan.
Presiden Trump memicu kecurigaan tentang hubungannya dengan Russia, ketika ia bertemu selama dua jam dengan Presiden Putin dalam pertemuan puncak resminya bulan Juli tahun lalu, tanpa kehadiran pejabat penting lainnya.
Trump memerintahkan para pembantu tingkat tingginya untuk keluar dari ruangan, dan hanya ada seorang warga Amerika lainnya dalam ruangan pertemuan di Helsinki itu, yaitu Marina Gross, penerjemah yang bekerja untuk departemen luar negeri Amerika.
Kelompok partai Demokrat dalam DPR tahun lalu gagal untuk memaksa Gross memberikan kesaksian tentang pertemuan itu, dengan alasan tindakan Trump yang luar biasa dalam pertemuan itu mengharuskan adanya tindakan luar biasa pula untuk mengetahui apa yang dibicarakan.
Harian Washington Post melaporkan bahwa Presiden Trump mengambil buku catatan Marina Gross setelah pertemuan lain dengan Putin ketika berlangsung konferensi puncak G-20 di Hamburg. Trump memerintahkan Gross untuk tidak membicarakan apapun yang didengarnya, bahkan dengan para pejabat pemerintah lainnya.
Kepala Asosiasi Internasional Penerjemah Konferensi yang berkantor di Jenewa, Uros Peterc mengatakan, “belum pernah terjadi kita berada dalam sorotan seperti sekarang ini.” [ii]