Jaksa Penuntut kejahatan perang mengunjungi kota Bucha, dekat ibukota Ukraina, hari Rabu (13/4), berjanji untuk menindaklanjuti bukti ketika para ahli forensik memulai pekerjaan mereka.
Karim Khan, Kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional berbicara kepada wartawan.
“Setiap pribadi, khususnya warga sipil memiliki hak-hak tertentu. Kami harus berbicara mewakili mereka dan menegaskan bahwa kami harus mencapai kebenaran dari apa yang terjadi, dan hakim akan memutuskan apakah ada yang harus bertanggung jawab,” ungkapnya.
ICC yang berpusat di Den Haag, Belanda, mulai menyelidiki dugaan kejahatan perang Rusia di Ukraina. Baik Rusia maupun AS bukan anggota badan dunia itu. Diplomat tinggi AS untuk Ukraina mengatakan, kini dunia tahu bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin berbohong ketika mengklaim kekejaman di kota-kota di seluruh Ukraina "dipalsukan" atau "dipentaskan."
Kuasa Usaha AS di Ukraina, Kristina Kvien mengatakan di Televisi Alhurra melalui Skype. “Dunia tahu bahwa Putin bertanggung jawab atas ledakan stasiun kereta api di Kramatorsk. Dia bertanggung jawab atas kekejaman yang dilakukan di Bucha dan kehancuran di Mariupol dan Kharkiv.”
Pada briefing Departemen Luar Negeri hari Rabu, juru bicara Ned Price berulang kali ditanya mengapa AS tidak melakukan penyelidikan sendiri kejahatan perang di Ukraina, dan Presiden Joe Biden terlalu dini menggunakan kata "genosida."
“Kini kami terlibat dalam proses untuk bekerja dengan mitra di seluruh dunia, terutama dengan mitra Ukraina kami membantu mengumpulkan, mendokumentasikan dan berbagi bukti kekejaman dan potensi kejahatan perang. Dan jika kejahatan itu mencapai ambang batas hukum genosida, kami bekerja erat dengan Kantor Jaksa Agung Ukraina yang membentuk tim guna memulai kasus pidana untuk mengajukan tuntutan," ujar Price.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyerukan agar Putin dibawa ke pengadilan internasional.
Para ahli mengatakan kepada VOA, selama tentara Rusia tetap berada di Rusia, akses ke mereka hampir tidak mungkin. Tetapi dikatakan, menyelenggarakan sidang-sidang pengadilan kejahatan perang untuk “mempermalukan dan mengajukan tuduhan” terhadap para pelakunya, cukup beralasan.
Putin hari Selasa (12/4) mengatakan bahwa kejahatan perang yang dilaporkan di Bucha "dibuat-buat," tanpa memberi bukti apa pun. Pernyataan Putin ini bertentangan dengan bukti-bukti yang selama ini dikumpulkan dari kuburan massal dan banyak laporan oleh para saksi mata. [ps/jm]