Selama bertahun-tahun, Qari Wazir Mohammad dan enam saudara kandungnya menerima bantuan dari Komite Swedia untuk Afghanistan, atau SCA. Bantuan itu memungkinkan mereka membaca huruf braille dan melakukan tugas sehari-hari seperti memasak dan membersihkan rumah.
Keempat bersaudara laki-laki dan tiga saudara perempuan itu terlahir buta, di sebuah desa terpencil di Provinsi Ghazni yang dilanda perang. Mereka mengalami kemiskinan ekstrem dan kurangnya bantuan untuk disabilitas mereka.
Tahun lalu, Taliban meminta SCA untuk menghentikan kegiatan kemanusiaan, termasuk program dukungan bagi penyandang disabilitas.
Pejabat Taliban mengeluarkan perintah itu sebagai protes terhadap seorang pengungsi Kristen Irak yang membakar Al-Quran di Swedia. Pengungsi itu, Salwan Momika, dilaporkan telah meninggalkan Swedia, namun larangan tersebut tetap berlaku, sehingga puluhan ribu penyandang disabilitas Afghanistan tidak menerima layanan bantuan penting dari SCA.
“Kami menjelaskan status kami sebagai LSM mandiri dan kecaman kami atas kejadian di Swedia yang berdampak pada kami,” kata Andreas Stefansson, sekretaris jenderal SCA kepada VOA dalam komentar tertulisnya.
Dengan anggaran $40 juta untuk tahun 2023, SCA yang tetap aktif selama beberapa putaran konflik bersenjata di Afghanistan dalam 40 tahun terakhir, memiliki 7.000 staf lokal dan 15 staf internasional yang melayani komunitas rentan di seluruh negeri. [ps/ka]
Forum