Penyebaran HIV Melalui Transmisi Seksual Meningkat
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Kemal Siregar mengatakan saat ini penularan HIV melalui transmisi seksual di Indonesia meningkat hampir tiga kali lipat dari 38 persen pada 2006 menjadi 76 persen pada pertengahan 2011.
KPAN memperkirakan saat ini ada sekitar 6,5 juta orang dengan HIV yang tertular melalui transmisi seksual. Dari 6,5 juta orang tersebut, dua juta diantaranya merupakan ibu rumah tangga yang tertular dari suaminya yang melakukan seks tidak aman dengan pekerja seks.
Banyaknya jumlah perempuan Indonesia yang terinfeksi HIV oleh pasangan mereka disebabkan budaya patriarki yang kuat di Indonesia, dimana kemampuan perempuan untuk menegosiasikan perilaku seksual dalam hubungan pasangan intim sangat lemah.
Menurut Kemal, diperkirakan terdapat lebih dari tiga juta pelanggan pekerja seks perempuan di Indonesia. Mereka adalah laki-laki yang memiliki mobilitas tinggi, selain mempunyai uang, dan sebagian besar bekerja jauh dari rumah dan keluarga.
“Potensial pelanggan berarti [yang bekerja di] garis pantai, tempat-tempat bangunan, tempat-tempat kerja, industri, perkebunan, pertambangan, pelayaran di mana ada konsentrasi tinggi laki-laki yang bergerak dan memiliki uang,” ujar Kemal seusai serah terima pengelolaan dana kemitraan AIDS di kantor Kementerian Kesehatan, Kamis (19/7).
“Kita harus mampu memetakan dimana mereka berkumpul. Tapi jangan lupa berintegrasi pendekatan di komunitas yang seringkali melakukan transaksi seks,” tambahnya.
Untuk itu saat ini kata Kemal pihaknya akan melakukan pendekatan yang lebih efektif terhadap populasi kunci atau orang-orang yang berisiko tertular. Selain itu, KPAN juga akan meningkatkan sosialisai penggunaan kondom karena saat ini di Indonesia masih sangat rendah.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengakui dana pemerintah masih kurang untuk mengatasi masalah HIV/AIDS ini. Saat ini, dari seluruh dana yang dipakai untuk pencegahan HIV, 60 persen berasal dari bantuan luar negeri seperti Amerika Serikat dan Australia, ujar Nafsiah.
Ia menambahkan bahwa untuk tahun ini, Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika akan memberikan bantuan kepada Indonesia terkait penanggulangan AIDS sebesar US$1 juta setiap tahun untuk lima tahun kedepan.
Sedangkan Australia akan memberikan $1 juta dolar setiap tahun untuk tiga tahun kedepan. Bantuan ini menurut Nafsiah akan digunakan untuk pencegahan dan penguatan jaringan.
“Kita sangat menghargai dukungan dana dari pemerintah Amerika, Australia..dukungan secara konkrit bukan hanya finansial tetapi juga persahabatan, technical skill dan juga dukungan-dukung untuk bisa membuat kita maju secara konkrit dengan secara strategis dan terarah,” katanya.
Sebelumnya, pengamat kesehatan dari Universitas Indonesia Adang Bachtiar mengatakan kurangnya dana yang dimiliki pemerintah untuk menanggulangi masalah HIV/AIDS juga merupakan salah satu penyebab terus terjadinya peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia.
“Kontribusi nasional untuk program tersebut mestinya makin meningkat tahun ke tahun. Eskalasi anggaran nasional itu tidak terjadi kemudian ketergantungan asing masih terus terjadi,” ujar Adang, seraya berharap bahwa pemerintah dapat mengalokasikan dana yang besar untuk penanggulangan dan pencegahan HIV di Indonesia.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai dengan triwulan dua 2011, ada sebanyak 26.483 kasus HIV/AIDS kumulatif di Indonesia.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Kemal Siregar mengatakan saat ini penularan HIV melalui transmisi seksual di Indonesia meningkat hampir tiga kali lipat dari 38 persen pada 2006 menjadi 76 persen pada pertengahan 2011.
KPAN memperkirakan saat ini ada sekitar 6,5 juta orang dengan HIV yang tertular melalui transmisi seksual. Dari 6,5 juta orang tersebut, dua juta diantaranya merupakan ibu rumah tangga yang tertular dari suaminya yang melakukan seks tidak aman dengan pekerja seks.
Banyaknya jumlah perempuan Indonesia yang terinfeksi HIV oleh pasangan mereka disebabkan budaya patriarki yang kuat di Indonesia, dimana kemampuan perempuan untuk menegosiasikan perilaku seksual dalam hubungan pasangan intim sangat lemah.
Menurut Kemal, diperkirakan terdapat lebih dari tiga juta pelanggan pekerja seks perempuan di Indonesia. Mereka adalah laki-laki yang memiliki mobilitas tinggi, selain mempunyai uang, dan sebagian besar bekerja jauh dari rumah dan keluarga.
“Potensial pelanggan berarti [yang bekerja di] garis pantai, tempat-tempat bangunan, tempat-tempat kerja, industri, perkebunan, pertambangan, pelayaran di mana ada konsentrasi tinggi laki-laki yang bergerak dan memiliki uang,” ujar Kemal seusai serah terima pengelolaan dana kemitraan AIDS di kantor Kementerian Kesehatan, Kamis (19/7).
“Kita harus mampu memetakan dimana mereka berkumpul. Tapi jangan lupa berintegrasi pendekatan di komunitas yang seringkali melakukan transaksi seks,” tambahnya.
Untuk itu saat ini kata Kemal pihaknya akan melakukan pendekatan yang lebih efektif terhadap populasi kunci atau orang-orang yang berisiko tertular. Selain itu, KPAN juga akan meningkatkan sosialisai penggunaan kondom karena saat ini di Indonesia masih sangat rendah.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengakui dana pemerintah masih kurang untuk mengatasi masalah HIV/AIDS ini. Saat ini, dari seluruh dana yang dipakai untuk pencegahan HIV, 60 persen berasal dari bantuan luar negeri seperti Amerika Serikat dan Australia, ujar Nafsiah.
Ia menambahkan bahwa untuk tahun ini, Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika akan memberikan bantuan kepada Indonesia terkait penanggulangan AIDS sebesar US$1 juta setiap tahun untuk lima tahun kedepan.
Sedangkan Australia akan memberikan $1 juta dolar setiap tahun untuk tiga tahun kedepan. Bantuan ini menurut Nafsiah akan digunakan untuk pencegahan dan penguatan jaringan.
“Kita sangat menghargai dukungan dana dari pemerintah Amerika, Australia..dukungan secara konkrit bukan hanya finansial tetapi juga persahabatan, technical skill dan juga dukungan-dukung untuk bisa membuat kita maju secara konkrit dengan secara strategis dan terarah,” katanya.
Sebelumnya, pengamat kesehatan dari Universitas Indonesia Adang Bachtiar mengatakan kurangnya dana yang dimiliki pemerintah untuk menanggulangi masalah HIV/AIDS juga merupakan salah satu penyebab terus terjadinya peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia.
“Kontribusi nasional untuk program tersebut mestinya makin meningkat tahun ke tahun. Eskalasi anggaran nasional itu tidak terjadi kemudian ketergantungan asing masih terus terjadi,” ujar Adang, seraya berharap bahwa pemerintah dapat mengalokasikan dana yang besar untuk penanggulangan dan pencegahan HIV di Indonesia.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai dengan triwulan dua 2011, ada sebanyak 26.483 kasus HIV/AIDS kumulatif di Indonesia.