Penyelidikan independen selama setahun penuh mengenai hilangnya 43 mahasiswa di Meksiko telah gagal menyimpulkan apa yang terjadi pada para pemuda itu karena, menurut para peneliti, dihalang-halangi pemerintah.
Panel beranggotakan lima orang yang ditunjuk Komisi Antar-Amerika mengenai HAM (IACHR) – cabang otonomi dari Organisasi Negara-negara Amerika – mengeluarkan laporan final hari Minggu (24/4), terkait kasus yang telah mengguncang negara itu dan mengundang perhatian internasional.
Tim itu tiba bulan Maret 2015 di Iguala, negara bagian Guerrero. Itu adalah lokasi terakhir di mana para pelajar, yang berkuliah di Kampus Ayotzinapa Rural Teachers' College, terakhir kali terlihat pada 26 September 2014. Sejak itu keberadaan mereka tidak diketahui.
Menurut pemerintah, polisi setempat menahan para mahasiswa itu setelah mereka membajak beberapa bus untuk menghadiri protes. Polisi kemudian menyerahkan para pemuda itu kepada geng narkoba Guerreros Unidos yang kemudian membakar jenazah mereka di tempat pembuangan sampah.
Tetapi masayarakat, terutama keluarga korban, telah mempertanyakan kronologi resmi itu dan memprotes apa yang mereka katakan kurangnya transparansi mengenai kasus itu.
September lalu, para pakar IACHR juga menolak teori pemerintah itu, mengatakan tidak ada bukti ilmiah bahwa baku tembak hebat terjadi di tempat pembuangan sampah di kota Cocula itu.
Laporan setebal 605 halaman yang dirilis Minggu itu tidak mengklaim bahwa polisi federal dan tentara terlibat langsung dalam kehilangan massal itu, tetapi mencatat bahwa mereka ada di beberapa lokasi berbeda malam itu.
Panel itu mengatakan pihak berwenang Meksiko “tidak berminat” untuk melakukan serangkaian investigasi baru, menghalang-halangi mereka mewawancara ulang para tersangka, dan berupaya mendiskreditkan penyelidikan IACHR.
Panel itu juga mencatat bahwa penyelidikan terhadap 17 dari sekitar 110 tersangka yang ditahan dalam kasus itu memperlihatkan ada tanda-tanda bekas pemukulan. [vm]