Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan rekan-rekannya semakin terjerat dengan penyelidikan yang mengetat mengenai tuduhan pelanggaran hukum pekan ini.
Perdana Menteri Mahathir Mohamad menyatakan hari Selasa lalu Najib “bertanggung jawab sepenuhnya” atas tuduhan penggelapan besar-besaran dana negara dari BUMN 1MDB sementara menegaskan kemungkinan dakwaan terhadap mantan perdana menteri itu.
Dua hari kemudian kepolisian mengumumkan mereka akan membuka kembali kasus pembunuhan terhadap seorang peragawati Mongolia tahun 2008. Menurut laporan media Malaysia, perempuan bernama Altantuya Shaariibu itu terlibat dalam proses pembelian dua kapal selam sewaktu Najib menjabat sebagai menteri pertahanan.
Shaariibu, yang berusia 28 tahun, bekerja sebagai penerjemah Abdul Razak Baginda – yang pada waktu itu menjadi penasihat Najib. Shaariibu dikabarkan ditembak dan kemudian diledakkan di hutan dengan bom militer yang kuat.
“Saya dapat mengukuhkan kami akan membuka kembali penyelidikan,” kata Inspektur Jenderal Kepolisian Tan Sri Mohamd Fuzi Harun, dan menambahkan ayah korban telah mengajukan gugatan dengan mengemukakan bukti baru.
Dua orang mantan polisi yang bertugas sebagai anggota petugas keamanan Najib pada waktu itu dinyatakan bersalah membunuh peragawati itu.
Abdul Razak dibebaskan dari tuduhan membantu polisi tadi, pada tahun 2008, dalam kasus yang menurut organisasi-organisasi masyarakat madani dan pengawas korupsi sebagai tindakan pemerintah untuk menutup-nutupi perbuatan penyuapan.
Najib tetap membantah keterlibatannya dengan insiden itu sementara Abdul Razak Baginda membantah bertanggung-jawab atas kematian Altantuya, perempuan yang pernah menjadi selingkuhannya itu. [gp/ab]