Hubungan dengan Inggris melibatkan baik suka maupun benci, serta sudah berlangsung selama berabad-abad di Perancis, jadi tidaklah mencengangkan bahwa orang mengamati secara cermat, dengan penuh rasa cemas dan antisipasi, sebuah langkah Inggris berikutnya, dan di Perancis disebut sebagai Le Brexit.
“Yang dipertaruhkan lebih dari sekedar masa depan Inggris dalam Uni Eropa. Ini juga merupakan masa depan Uni Eropa,” kata Presiden Perancis Francois Hollande pada malam sebelum referendum itu berlangsung, dan memperingatkan bahwa hengkangnya Inggris dari Uni Eropa merupakan sesuatu yang tidak bisa dibalikkan sesudahnya.
Saat warga Inggris memberikan suara pada Kamis dan memutuskan apakah akan bertahan di Uni Eropa, perasaan itu juga disuarakan oleh pemimpin-pemimpin lainnya di blok beranggotakan 28 negara itu, sementara mereka mengamati secara cermat kemungkinan hengkangnya Inggris dari blok itu.
Tetapi reaksi Eropa kompleks dan bertentangan sifatnya, juga akibat dari kemungkinan hengkangnya Inggris. Beberapa analis mengantisipasi tindakan untuk hengkang akan menyebabkan pukulan ekonomi jangka pendek terhadap anggota Uni Eropa yang lemah seperti Yunani dan Portugal, dan juga Irlandia dan Jerman yang memiliki hubungan dagang kuat dengan Inggris. Warga Eropa yang bekerja di Inggris juga khawatir akan kehilangan lapangan pekerjaan dan pensiun mereka.
Lainnya menguraikan ancaman lebih luas akibat hengkangnya Inggris pada reputasi internasional Eropa serta cita-cita untuk membentuk kesatuan yang lebih kokoh. [jm]