Perancis mengatakan, Rabu (26/4), analisanya terhadap serangan kimia 4 April lalu di Suriah Utara, menunjukkan, pemerintah Suriah bertanggung jawab atas penggunaan Sarin terhadap warga sipil.
Serangan terhadap Khan Sheikhoun, kota yang dikuasai kelompok oposisi itu, menewaskan lebih dari 80 orang, dan mendorong AS melangsungkan serangan misil balasan terhadap sebuah pangkalan udara Suriah.
"Kami mengetahui, dari berbagai sumber, proses pembuatan sarin (yang digunakan dalam serangan itu) serupa dengan proses pembuatan sarin yang dikembangkan laboratorium-laboratorium Suriah,” kata Menlu Perancis Jean-Marc Ayrault. “Metode itu khas rezim tersebut dan inilah meyakinkan kami bahwa Suriah bertanggung jawab dalam serangan ini.”
Pernyataan menteri itu disertai sebuah laporan Prancis yang mengungkapkan secara rinci bagaimana para pakar sampai pada kesimpulan tersebut.
Laporan itu mengatakan, Perancis memperoleh contoh sarin dari serangan 4 April. Pada serangan tersebut, para pakar tidak hanya menemukan sarin, tapi juga penstabilnya yang disebut hexamine.
Para pakar tersebut sebelumnya menguji sebuah granat yang tidak meledak dari lokasi serangan kimia tahun 2013, dan mendapati sarin pada granat itu dibuat melalui proses yang biasa dilakukan pemerintah Suriah.
Laporan itu lebih lanjut mengatakan, ISIS dan kelompok-kelompok militan lain diketahui tidak memiliki Sarin, dan teori-teori yang menyebutkan bahwa serangan itu dilakukan pejuang pemberontak tidak bisa dipercaya. [ab/as]