Sebuah laporan yang baru diterbitkan mengindikasikan bahwa Iran dan Amerika Serikat telah meningkatkan serangan dunia maya terhadap satu sama lain, bahkan di saat dipolomat-diplomat tertinggi mereka berupaya mencapai perjanjian untuk menjamin Iran tidak mengembangkan senjata nuklirnya dan membebaskan Iran dari sanksi-sanksi internasional. Perkembangan ini merupakan bagian dari tren global yang terus meningkat.
Para diplomat tertinggi AS dan Iran sedang mengadakan pertemuan untuk mengupayakan kesepakatan memenuhi tenggat akhir Maret. Namun di balik semangat kolegialitas tersebut, sebuah perang dunia maya yang aktif sedang berkobar.
Sebuah laman bernama The Intercept, yang berdasarkan atas dokumen-dokumen rahasia pemerintah AS yang dibocorkan oleh Edward Snowden, mengeluarkan rincian-rincian dari dokumen Badan Keamanan Nasional AS yang ditulis dua tahun lalu yang menyerukan respon AS yang lebih besar terhadap kemampuan perang dunia maya Iran yang telah meningkat.
Laporan itu mengatakan Iran mengetahui dari sebuah virus bernama Stuxnet yang dimasukkan dalam program nuklirnya, diduga dilakukan oleh badan-badan intelijen AS dan Israel pada 2012.
Kemampuan Iran
Insiden itu mungkin menunjukkan para pemimpin Iran nilai kemampuan perang dunia maya, dibandingkan dengan senjata-senjata nuklir kontroversial dan sangat mematikan, menurut ahli perang dunia maya David Stupples dari City University London.
Rakyat Iran "sekarang menyadari mereka memiliki senjata yang jauh lebih kuat sekarang," ujarnya. "Jika mereka menyediakan sumber daya untuknya, mereka dapat terus menyerang dan terus mendapat hasil dari aktivitas-aktivitas mereka, dengan biaya cukup murah."
Setahun yang lalu, kepala baru Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Laksamana Mike Rogers, mengatakan pada Kongres bahwa perang dunia maya akan terus terjadi.
"Jelas, dunia maya akan menjadi elemen dari hampir semua krisis yang akan kita lihat di masa depan," ujar Rogers. "Hal itu terjadi di masa lalu. Saya yakin kita melihatnya hari ini di Ukraina, kita telah melihatnya di Suriah, Georgia. Hal ini semakin menjadi norma."
Ada juga kekhawatiran bahwa kelompok-kelompok teroris dapat bergerak ke ranah dunia maya, ujar Rachel Briggs, analis di Lembaga Dialog Strategis di London.
"Kita tahu para ekstremis mencoba menggunakan teknologi dengan cara yang sama mereka menggunakan kabel dan baterai," ujar Briggs. "Mereka sejauh kita tahu belum berhasil. Ini hanya masalah waktu."
Serangan dunia maya tidak mahal, rahasia, dapat disangkal dan, meski sering, sebagian besar tidak diketahui publik -- berpotensi membuat mereka lebih menarik untuk teroris dan pemerintah dibandingkan senjata konvensional atau nuklir.