Perempuan berperan dalam gerakan hak-hak sipil di Amerika dan membantu menggalang orang-orang yang menghadiri Pawai Washington 50 tahun lalu.
Tetapi, mengapa hanya laki-laki yang tampil di tangga gedung Lincoln Memorial, menjadi pembicara kunci pada 28 Agustus 1963?
Pada hari itu, orang-orang dari seluruh Amerika berkumpul di alun-alun kota Washington, disebut National Mall, untuk melakukan Pawai Washington. Mereka menyerukan kesetaraan ras.
Kehadiran mereka adalah berkat upaya aktivis masyarakat, seperti Eleanor Holmes Norton. Ketika itu ia bekerja di kota New York dan terbang ke Washington pada pagi hari dilakukannya pawai.
"Kita sudah bisa melihat orang-orang berdatangan dalam jumlah begitu besar sehingga sudah jelas, sangat jelas bagi saya, bahwa pawai ini akan sukses,” ujar Norton yang kini menjadi anggota Kongres.
Thelma Daley ikut datang ke pawai itu. Pada acara baru-baru ini di Washington, ia mengenang apa yang terjadi pada 28 Agustus 1963.
"Kami berdiri di sana dengan takjub karena kami datang awal, dan kami berada paling depan, dan kami bisa melihat orang-orang datang, datang, terus berdatangan, sehingga ketika kami menengok ke hari itu, kami berseru, 'Wah, kami benar-benar menjadi bagian sejarah itu’,” ujarnya.
Suara-suara perempuan di atas panggung hari itu sebagian besar hanya bernyanyi, tidak berbicara. Tetapi perempuan dan anak-anak perempuan adalah tokoh kunci dalam gerakan hak-hak sipil itu.
Seperti Ruby Bridges Hall yang bertemu Presiden Obama pada 2011 di Gedung Putih, tempat satu lukisan terkenal dipajang.
Lukisan itu memperlihatkan ia berjalan ke sekolah, dilindungi petugas federal, karena ia murid berkulit hitam pertama yang masuk sekolah pembauran kulit hitam dan kulit putih di New Orleans pada 1960.
"Anak perempuan dalam lukisan itu berusia enam tahun yang tidak tahu apa-apa tentang rasisme. Saya pergi ke sekolah hari itu,” ujarnya.
Peristiwa lain adalah pengeboman gereja di Birmingham, Alabama, yang menewaskan empat anak perempuan kulit hitam. Pembunuhan yang terjadi beberapa minggu setelah Pawai Washington itu memicu kemarahan nasional. Tahun ini, anak-anak perempuan itu dianugerahi Medali Emas Kongres.
Dan Rosa Parks, nama yang identik dengan hak-hak sipil. Pada 1955, ia menolak pindah ke bagian belakang bus. Kala itu, masih berlaku pemisahan warna kulit di negara-negara bagian di selatan Amerika. Rosa Parks ditangkap, mengakibatkan aksi pemboikotan bus oleh penduduk kulit hitam Montgomery, Alabama.
Presiden Obama berbicara pada peresmian patung Rosa Parks untuk menghormatinya di Capitol tahun ini.
"Pada momen itu, dengan sikap paling sederhana, ia membantu mengubah Amerika - dan mengubah dunia,” ujarnya.
Tetapi, mengapa hanya laki-laki yang tampil di tangga gedung Lincoln Memorial, menjadi pembicara kunci pada 28 Agustus 1963?
Pada hari itu, orang-orang dari seluruh Amerika berkumpul di alun-alun kota Washington, disebut National Mall, untuk melakukan Pawai Washington. Mereka menyerukan kesetaraan ras.
Kehadiran mereka adalah berkat upaya aktivis masyarakat, seperti Eleanor Holmes Norton. Ketika itu ia bekerja di kota New York dan terbang ke Washington pada pagi hari dilakukannya pawai.
"Kita sudah bisa melihat orang-orang berdatangan dalam jumlah begitu besar sehingga sudah jelas, sangat jelas bagi saya, bahwa pawai ini akan sukses,” ujar Norton yang kini menjadi anggota Kongres.
Thelma Daley ikut datang ke pawai itu. Pada acara baru-baru ini di Washington, ia mengenang apa yang terjadi pada 28 Agustus 1963.
"Kami berdiri di sana dengan takjub karena kami datang awal, dan kami berada paling depan, dan kami bisa melihat orang-orang datang, datang, terus berdatangan, sehingga ketika kami menengok ke hari itu, kami berseru, 'Wah, kami benar-benar menjadi bagian sejarah itu’,” ujarnya.
Suara-suara perempuan di atas panggung hari itu sebagian besar hanya bernyanyi, tidak berbicara. Tetapi perempuan dan anak-anak perempuan adalah tokoh kunci dalam gerakan hak-hak sipil itu.
Seperti Ruby Bridges Hall yang bertemu Presiden Obama pada 2011 di Gedung Putih, tempat satu lukisan terkenal dipajang.
Lukisan itu memperlihatkan ia berjalan ke sekolah, dilindungi petugas federal, karena ia murid berkulit hitam pertama yang masuk sekolah pembauran kulit hitam dan kulit putih di New Orleans pada 1960.
"Anak perempuan dalam lukisan itu berusia enam tahun yang tidak tahu apa-apa tentang rasisme. Saya pergi ke sekolah hari itu,” ujarnya.
Peristiwa lain adalah pengeboman gereja di Birmingham, Alabama, yang menewaskan empat anak perempuan kulit hitam. Pembunuhan yang terjadi beberapa minggu setelah Pawai Washington itu memicu kemarahan nasional. Tahun ini, anak-anak perempuan itu dianugerahi Medali Emas Kongres.
Dan Rosa Parks, nama yang identik dengan hak-hak sipil. Pada 1955, ia menolak pindah ke bagian belakang bus. Kala itu, masih berlaku pemisahan warna kulit di negara-negara bagian di selatan Amerika. Rosa Parks ditangkap, mengakibatkan aksi pemboikotan bus oleh penduduk kulit hitam Montgomery, Alabama.
Presiden Obama berbicara pada peresmian patung Rosa Parks untuk menghormatinya di Capitol tahun ini.
"Pada momen itu, dengan sikap paling sederhana, ia membantu mengubah Amerika - dan mengubah dunia,” ujarnya.