Parlemen Austria hari Selasa (7/2) mengatakan kelompok peretas Turki mengaku bertanggungjawab atas serangan siber yang membuat situs parlemen tidak berfungsi selama 20 menit akhir pekan lalu.
Aslan Neferler Tim (ANT), atau Tim Tentara Singa, yang dalam situsnya mengatakan membela tanah air, Islam, bangsa dan bendera, tanpa terkait partai politik apapun, mengklaim serangan itu, kata ujar juru bicara parlemen Austria.
Hubungan antara Turki dan Austria memburuk tahun lalu setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan menindak keras pembangkang menyusul kudeta yang gagal, dan Austria sejak itu melancarkan upaya dalam Uni Eropa agar pembicaraan mengenai masuknya Turki ke dalam Uni Eropa dibatalkan.
Pada halaman Facebook-nya Minggu sore, di atas layar yang menunjukkan situs itu tidak berfungsi, ANT mengatakan dalam bahasa Turki: "Reaksi kami akan keras menanggapi rasisme Austria terhadap Muslim!!! (Parlemen mati)."
ANT mengatakan telah melakukan "operasi" terhadap Partai Demokratik Rakyat yang pro-Kurdi, bank sentral Austria, dan Bandara Austria.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri hari Selasa mengatakan, penyelidikan telah dimulai atas serangan siber itu dan, menolak menjelaskan lebih lanjut, menyatakan bahwa tidak ada data yang hilang.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa yang bermarkas di Wina baru-baru ini juga menjadi sasaran serangan siber. [ka/ds]