BANGKOK, THAILAND —
Berbagai serangan oleh pemberontak di Thailand selatan itu menjadi tantangan bagi pemerintah Thailand yang sedang dalam kebuntuan politik dan bagi komandan militer Thailand baru di kawasan tersebut.
Para pejabat keamanan dan kepolisian Thailand sedang menganalisa gambar-gambar tersangka pemberontak dari kamera CCTV lokal yang terekam sebelum serangkaian serangan di kota dagang Yala, di perbatasan selatan Thailand.
Bom-bom kuat itu, termasuk kendaraan berisi 100 kilogram bahan peledak, hari Minggu (6/4) dan Senin memicu kebakaran di pusat bisnis kota Yala – sekitar 1.000 kilometer sebelah selatan Bangkok.
Yang ditarget termasuk sebuah gudang distribusi utama barang-barang rumah tangga. Itu adalah serangan besar pertama sejak pihak berwenang memberlakukan berbagai langkah keamanan yang lebih ketat setelah gelombang pemboman dua tahun lalu yang menewaskan hingga 10 orang dan mencederai banyak lainnya.
Noppong Theerawaon, kepala kamar dagang Yala, mengatakan serangan itu tampaknya bertujuan melemahkan ekonomi lokal dan memicu ketakutan menjelang hari libur nasional Thailand.
Noppong mengatakan, serangan-serangan sore hari itu adalah yang paling parah dalam 10 tahun ini, di mana kerugian mencapai hingga enam juta dolar karena banyak toko, gedung dan sebuah pabrik mebel terlalap api.
Propinsi-propinsi di perbatasan selatan Thailand mengalami peningkatan kekerasan sejak pemberontakan yang telah lama bergejolak di sana berkobar lagi tahun 2004 setelah perombakan operasi keamanan di bawah pemerintahan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.
Meski Thailand didominasi umat Buddha, propinsi Yala, Narathiwat dan Pattani di bagian selatan didominasi umat Muslim.
Dalam satu dekade ini, pemberontakan di sana telah menewaskan lebih dari 5.000 orang baik umat Buddha dan Muslim, termasuk pejabat negara bagian, biksu Buddha, guru dan warga Muslim yang dituduh membantu pihak berwenang Thailand.
Pasukan keamanan Thailand juga dituduh melakukan pelanggaran HAM dan pembunuhan tanpa proses hukum.
Hari Selasa, PM Thailand Yingluck Shinawatra mengirim seorang wakil PM dan jenderal polisi untuk melakukan pembicaraan dengan badan-badan keamanan guna menghentikan peningkatan kekerasan itu.
Upaya perundingan perdamaian dibawah pemerintahan Yingluck dengan koalisi organisasi-organisasi pemberontak telah mandeg, sebagian karena kekacauan politik saat ini di Thailand dan demonstrasi di Bangkok.
Putaran perundingan baru yang dijadwalkan untuk November lalu ditunda tanpa batas waktu.
Para pejabat keamanan dan kepolisian Thailand sedang menganalisa gambar-gambar tersangka pemberontak dari kamera CCTV lokal yang terekam sebelum serangkaian serangan di kota dagang Yala, di perbatasan selatan Thailand.
Bom-bom kuat itu, termasuk kendaraan berisi 100 kilogram bahan peledak, hari Minggu (6/4) dan Senin memicu kebakaran di pusat bisnis kota Yala – sekitar 1.000 kilometer sebelah selatan Bangkok.
Yang ditarget termasuk sebuah gudang distribusi utama barang-barang rumah tangga. Itu adalah serangan besar pertama sejak pihak berwenang memberlakukan berbagai langkah keamanan yang lebih ketat setelah gelombang pemboman dua tahun lalu yang menewaskan hingga 10 orang dan mencederai banyak lainnya.
Noppong Theerawaon, kepala kamar dagang Yala, mengatakan serangan itu tampaknya bertujuan melemahkan ekonomi lokal dan memicu ketakutan menjelang hari libur nasional Thailand.
Noppong mengatakan, serangan-serangan sore hari itu adalah yang paling parah dalam 10 tahun ini, di mana kerugian mencapai hingga enam juta dolar karena banyak toko, gedung dan sebuah pabrik mebel terlalap api.
Propinsi-propinsi di perbatasan selatan Thailand mengalami peningkatan kekerasan sejak pemberontakan yang telah lama bergejolak di sana berkobar lagi tahun 2004 setelah perombakan operasi keamanan di bawah pemerintahan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.
Meski Thailand didominasi umat Buddha, propinsi Yala, Narathiwat dan Pattani di bagian selatan didominasi umat Muslim.
Dalam satu dekade ini, pemberontakan di sana telah menewaskan lebih dari 5.000 orang baik umat Buddha dan Muslim, termasuk pejabat negara bagian, biksu Buddha, guru dan warga Muslim yang dituduh membantu pihak berwenang Thailand.
Pasukan keamanan Thailand juga dituduh melakukan pelanggaran HAM dan pembunuhan tanpa proses hukum.
Hari Selasa, PM Thailand Yingluck Shinawatra mengirim seorang wakil PM dan jenderal polisi untuk melakukan pembicaraan dengan badan-badan keamanan guna menghentikan peningkatan kekerasan itu.
Upaya perundingan perdamaian dibawah pemerintahan Yingluck dengan koalisi organisasi-organisasi pemberontak telah mandeg, sebagian karena kekacauan politik saat ini di Thailand dan demonstrasi di Bangkok.
Putaran perundingan baru yang dijadwalkan untuk November lalu ditunda tanpa batas waktu.