Para penggemar mendiang legenda seni bela diri Bruce Lee, yang mendobrak stereotip negatif seputar pria Asia dalam film, berkumpul di Hong Kong pekan ini untuk memperingati kematian idola mereka setengah abad yang lalu, serta untuk mengenang warisan dan filosofi hidupnya tentang kegigihan.
Lee, yang lahir di San Francisco tetapi dibesarkan di pusat keuangan Asia itu, terkenal karena bakat seni bela dirinya dan perjuangannya melawan penggambaran rasis orang Asia di layar lebar dan kecil pada 1960-an dan 70-an. Ia meninggal di puncak ketenarannya karena reaksi alergi terhadap obat pereda rasa nyeri ketika ia berusia 32 tahun.
Peringatan 50 tahun kematian Lee pada hari Kamis (20/7) menarik para penggemarnya ke pameran-pameran yang digelar di Hong Kong yang merayakan kehidupan dan kariernya. Mereka juga meletakkan karangan bunga di patungnya di Avenue of Stars, objek wisata yang meniru Hollywood Walk of Fame di pantai Kowloon Pelabuhan Victoria.
Sebuah museum yang dikelola pemerintah menyelenggarakan perkemahan bagi para siswa untuk belajar tentang warisan Lee dengan memperkenalkan Jeet Kune Do, gaya seni bela diri yang diciptakan dan dipraktikkan Lee. Museum itu juga memutar film-filmnya.
Banyak pendukung Lee mengatakan filosofinya menginspirasi mereka sejak mereka masih muda, meski banyak yang baru mengenalnya dan karya-karyanya setelah kematiannya.
Sophie Uekawa, seorang penerjemah, mengatakan ia awalnya tertarik pada tubuh berotot Lee dan gerakan halusnya di TV. Tapi ia kemudian terkesan dengan kata-katanya, termasuk wejangannya bahwa masa sulit pasti akan berlalu. Ketika Uekawa diintimidasi oleh teman-teman sekolahnya di sekolah menengah, kutipan Lee membantunya menahan perasaan tidak berdaya.
“Bisa dibilang ia adalah penyelamatku,” kata Uekawa.
Lee memulai kariernya sebagai aktor cilik pada tahun 1940-an dan mulai belajar kungfu saat berusia 13 tahun. Ia pindah kembali ke AS pada tahun 1959 dan belajar filsafat di Universitas Washington.
Bintang film ini berjuang keras melawan stereotip rasis di industri hiburan AS di mana pria Asia sering digambarkan sebagai pelayan, pekerja tidak terampil, atau jenius jahat di Hollywood.
Lee akhirnya kembali ke Hong Kong dan membuat hits seperti "The Big Boss" dan "Fist of Fury." Film terakhirnya, "Enter the Dragon," dirilis enam hari setelah kematiannya dan menjadi filmnya yang paling populer.
Ia adalah salah satu aktor Asia pertama yang mencapai status megabintang Hollywood. Ia berhasil menggugah perhatian dunia pada seni bela diri kungfu.
Pada hari Kamis, W Wong, ketua klub penggemar Bruce Lee di Hong Kong, tersentuh melihat para penggemar dari berbagai negara termasuk Inggris dan Korea berkumpul di patung Lee untuk memberikan penghormatan kepadanya.
Seorang instruktur di sebuah institut seni bela diri di distrik Jordan Hong Kong mengatakan lebih dari separuh siswa studio Jeet Kune Do datang untuk mempelajari gaya seni bela diri itu karena Lee.
Guru Ricky Fong berkata bahwa kemampuan beradaptasi itu penting dalam Jeet Kune Do dan dalam kehidupan manusia.
Ia menunjuk pada salah satu ucapan Lee yang paling terkenal: "Jadilah air, temanku." Ungkapan itu sering digunakan oleh pengunjuk rasa dalam gerakan prodemokrasi Hong Kong 2019 untuk menggambarkan strategi gerilya mereka yang bergerak lancar melintasi kota.
Salah satu siswa Fong, Adrian Li, mengatakan ia mengagumi keterampilan dan filosofi seni bela diri Lee. Ia menambahkan bahwa keinginan Lee untuk terus belajar sangat mempengaruhi dirinya. [ab/uh]
Forum