Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan, bahwa pada peringatan Hari Buruh (May Day) 2016, buruh di Jakarta dan sekitarnya akan melakukan aksi "long march" dari Bundaran Hotel Indonesia ke seberang Istana Kepresidenan dan dilanjutkan ke Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Said mengatakan Jumat (29/4) bahwa buruh akan mengajukan empat tuntutan, di antaranya menolak upah murah. Ia menambahkan bahwa Peraturan Pemerintah No. 78/2015 berorientasi pada upah murah.
"Cabut peraturan pemerintah No. 78 tahun 2015. Saya mengutip data International Labour Organisation (ILO) dalam bukunya tren ketenagakerjaan Indonesia tahun 2014 – 2015. Di situ dijelaskan, Laos upah rata-rata US$ 121. Kamboja US$ 119. Untuk Indonesia upah rata-ratanya US$ 174 per bulan atau sekitar Rp 2,3 juta dengan kurs rupiah US$1 Rp 13.000," ujarnya.
Isu kedua yang diangkat dalam May Day 2016, lanjut Said, adalah penghentian kriminalisasi buruh dan aktivis sosial dan menghentikan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Isu politik menyangkut kebijakan pemerintah seperti proyek reklamasi, penggusuran dan rancangan undang-undang pengampunan pajak (tax amnesty) yang dianggap merugikan buruh, juga masuk dalam poin tuntutan aksi May Day 2016.
Dalam aksi ini, tambah Said, juga akan dilakukan deklarasi organisasi masyarakat (ormas) buruh sebagai kekuatan politik atau kelompok penekan di Gelora Bung Karno Jakarta. Ormas ini terdiri dari kalangan buruh, guru honorer, mahasiswa, dan nelayan.
"Semua kekuatan ini akan dikonsolidasi dalam bentuk ormas. Nama ormasnya ada dua, yang pertama adalah Rumah Rakyat Indonesia;Yang kedua adalah Organisasi Rakyat Indonesia pimpinan Andi Gani Nuwawea. Dua ormas buruh ini yang akan di-deklarasikan sebagai blok politik kaum buruh," tambahnya.
Said memprediksi lebih dari satu juta buruh di seluruh penjuru Tanah Air akan memperingati Hari Buruh Internasional melalui aksi yang dipusatkan di kantor-kantor gubernur dan wali kota.
Sebanyak 150 ribu buruh se-Jabodetabek dipastikan akan tetap melakukan aksi "long march" dari Bundaran Hotel Indonesia menuju depan Istana Kepresidenan dan dilanjutkan ke Stadion Utama Gelora Bung Karno untuk memperingati Hari Buruh Internasional 1 Mei mendatang. Said Iqbal menjanjikan tidak akan ada aksi kekerasan dan sweeping massa buruh dari pabrik-pabrik.
"Buruh jangan melakukan sweeping. Tidak ada sweeping ! Apa yang mau di-sweeping? Orang itu hari Minggu, hari libur. Sepanjang kita merayakan May Day pun, tidak pernah ada sweeping, karena itu adalah hari libur. Tidak ada, tidak ada May Day yang anarkis. Semua berjalan dengan tertib," ujarnya.
Aksi May Day 2016 ini juga mendapat dukungan dari perwakilan serikat buruh Korea Selatan.
Presiden Korea Telecom New Trade Union Soontaek Im yang hadir dalam konferensi pers bersama Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia menyatakan organisasi buruh Korea siap membantu buruh migran asal Indonesia yang bekerja di Korea.
"Di Korea banyak buruh pekerja Indonesia yang juga secara tidak langsung membangun perekonomian Korea juga. Kami simpati dan ingin tau banyak permasalahan buruh di Indonesia. Kami siap bantu," ujarnya.
Soontaek Im menambahkan, organisasi buruh di Korea juga sering membantu buruh pekerja asal Indonesia di Korea saat mereka mendapat perlakuan yang tidak adil dari majikan atau pimpinan perusahaan tempat mereka bekerja.
Sementara itu, sebanyak 16 ribu lebih personel gabungan Polda Metro Jaya, TNI dan petugas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan disiagakan untuk pengamanan peringatan Hari Buruh atau May Day Minggu 1 Mei 2016.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Brigadir Jenderal Polisi Nandang Jumantara mengatakan personel gabungan akan bertugas mulai massa buruh meninggalkan titik keberangkatan hingga titik terakhir mereka berkumpul. [lt]