Dan berikut lima peristiwa yang paling banyak ditelusuri dan dibicarakan sepanjang 2018.
Robohnya selasar BEI
Ratusan orang dievakuasi dari Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, pada Senin (15/01), ketika salah satu balkon atau selasar di lantai 1 Gedung II BEI, ambruk.
Orang-orang yang sedang berada di balkon itu ikut terjatuh dan tertimba runtuhan. Setidaknya 75 orang terluka dan mengalami patah tulang karena peristiwa itu.
"Itu tuh langsung rubuh gitu. Jadi kami panik langsung nyelamatin diri masing-masing. Teman saya rata-rata hampir 80% (yang jadi korban). Kami ini 100 orang. Jadi separuh lebih lah," tutur Enggar, salah seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Bina Darma Palembang yang sedang melakukan kunjungan ke BEI.
Meskipun peristiwa itu membuat heboh, Direktur Utama BEI, Tito Sulistio, kala itu mengklaim aktivitas perdagangan tidak terkena dampak.
Berdasarkan inspeksi segera setelah robohnya balkon, Tito memastikan “tidak ada” sistem pasar saham yang mengalami gangguan akibat runtuhnya infrastruktur fisik itu.
Robohnya selasar BEI ini mengundang pertanyaan tentang pengawasan terhadap gedung bertingkat di Jakarta. Hampir 30% gedung bertingkat di Jakarta “tergolong tidak aman”.
Berdasar data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, dari 780 hanya 558 gedung yang memenuhi persyaratan keamanan pada akhir 2017. Sisanya, 222 gedung atau 28% belum memenuhi.
Lion Air jatuh
Senin pagi (29/10) masyarakat Indonesia dihentakkan dengan peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang, di perairan Karawang, Jawa Barat.
Peristiwa ini jadi duka mendalam bagi Kementerian Keuangan, karena sekitar 20 staf instansi yang dipimpin Sri Mulyani itu masuk dalam daftar 189 penumpang dan awak pesawat, yang jatuh 13 menit usai lepas landas, paka pukul 06.20 WIB itu.
Temuan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan pesawat Boeing 737 MAX tersebut mengalami kerusakan pada indikator kecepatan, dalam empat penerbangan terakhir, termasuk saat pesawat jatuh.
Dalam laporan awalnya KNKT pun menyebut pesawat Lion Air yang jatuh itu tidak laik terbang, sebelum kemudian merevisi hasil investigasinya menjadi “laik terbang”, setelah mendapat protes dari direksi Lion Air.
Penjelasan mereka, status kelaikudaraan diuji saat pesawat di darat. Kerusakan yang dialami JT-610 pada penerbangan sebelumnya, telah dilaporkan saat mendarat, “diperbaiki, diuji dan dinyatakan laik terbang”.
Hubungan Lion Air dan Boeing pun memanas. Maskapai dengan jumlah pesawat terbanyak di tanah air itu pun mengancam akan membatalkan pesanan 188 unit pesawat Boeing 737 Max 8, senilai USD22 miliar atau sekitar Rp320 triliun.
Gempa dan tsunami Palu-Donggala
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2.045 orang tewas karena gempa 7,4 Skala Richter di Sulawesi Tengah, yang disusul tsunami hingga ketinggian 5 meter di Kota Palu.
Besarnya jumlah korban, salah satunya karena “tidak lagi berfungsinya” alat pendeteksi tsunami. Saat gempa mengguncang Sulteng, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami, yang kemudian dicabut.
Beberapa menit kemudian tsunami menerjang.
Pembicaraan seputar gempa dan tsunami pada 28 September ini juga sempat berfokus pada fenomena likuifaksi.
Likuifaksi adalahnya hilangnya kekuatan tanah akibat besarnya massa dan volume lumpur yang keluar pasca gempa. Akibat fenomena ini, ratusan rumah tenggelam atau terendam lumpur secara mendadak.
Secara total, BNPB menyebutkan jumlah rumah yang rusak akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah melebihi 66.000 rumah.
Publik juga sempat diramaikan dengan kabar bahwa Wakil Presiden Jusuf Kalla menolak bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat.
Belakangan, kepada VOA Indonesia, Kalla lewat juru bicaranya mengklarifikasi. Pemerintah Indonesia tidak menolak bantuan Amerika. Namun, pemerintah hanya menerima bantuan asing dalam bentuk bantuan program jangka panjang dan beberapa alat berat serta teknologi, bukan bantuan tanggap darurat.
Tenggelamnya KM Sinar Bangun
Senin, 18 Juni 2018, Kapal Mesin (KM) Sinar Bangun yang berlayar dari Simanindo di Kabupaten Samosir menuju Tigaras di Kabupaten Simalungun, tenggelam di Danau Toba.
Sebanyak 21 penumpang berhasil selamat, tiga orang ditemukan dalam keadaan tewas, sementara 164 penumpang lainnya hilang. Seluruh penumpang hilang ini kemudian dinyatakan tewas.
Tenggelamnya kapal saat suasana libur Hari Raya Idul Fitri ini, mengangkat kembali isu soal minimnya jaket keselamatan dan manifes kapal.
Disebut berkapasitas hanya 40 penumpang, kapal ini mengangkut lebih 180 orang.
Selain tidak memiliki manifes, KM Sinar Bangun ternyata juga tidak memunyai surat izin pelayaran. Alhasil, nahkoda kapal ditetapkan sebagai tersangka.
Berdasarkan hasil penyelidikan, kapal ini tenggelam sebagai hasil dari kombinasi cuaca buruk dan kelebihan penumpang.
Bom Surabaya-Sidoarjo
Rangkaian serangan bom bunuh diri terjadi di lima tempat di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, pada 13-14 Mei 2018.
Lokasinya adalah Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan, Rumah Susun Wonocolo di Sidoarjo dan Markas Polrestabes Surabaya.
Pelaku serangan bom yang di Surabaya merupakan satu keluarga yang beranggotakan enam orang. Mereka terdiri dari Dita Upriyanto dan istrinya Puji Kuswati, serta empat anak mereka.
Dalam melaksanakan aksinya Dita menurunkan istrinya serta dua anak perempuan mereka di GKI Diponegoro. Ada bom yang melilit di perut mereka. Dita dengan mobilnya yang membawa bom kemudian menabrak Gereja Jemaat Sawahan. Sementara dua anak lelaki mereka dengan mengendarai sepeda motor dan memangku bom, menyasar Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam konferensi persnya mengungkapkan keluarga ini baru saja datang dari Suriah dan merupakan simpatisan kelompok yang menyebut diri mereka Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)
Mereka bergerak dalam jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). (rh)