Menurut para analis, angka yang lebih rendah itu menandakan apa yang disebut pemerintah "tingkat normal yang baru" di negara itu. Biro Statistik Nasional China mengatakan, perekonomian China tumbuh 7,4 persen tahun 2014, turun dari 7,7 persen tahun 2013.
Itu laju pertumbuhan China paling lambat sejak tahun 1990, ketika perekonomian negara itu kesulitan dibawah beban sanksi setelah penumpasan brutal terhadap demonstran pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen.
Kepala ekonom pada AMP Capital yang berpusat di Sydney, Shane Oliver, mengatakan banyak orang membicarakan tentang kejatuhan China dalam beberapa tahun ini, tetapi tampaknya ekonomi masih dikelola dengan cukup baik.
"Itu pertumbuhan terendah dalam beberapa tahun, sejak tahun 1990, tetapi perlambatan itu benar-benar dibawah kendali pemerintah. Itu bukan akibat terhentinya pertumbuhan karena ekonomi ambruk. Itu hanya perlambatan terkendali dan menurut saya, itu adalah tanda yang positif," kata Oliver.
Ekonomi China mulai melambat dalam beberapa tahun terakhir dari pertumbuhan lebih dari 10 persen sementara pihak berwenang berusaha mengalihkan fokus ekonomi China dari ketergantungan yang berlebihan terhadap ekspor ke model ekonomi yang lebih didorong oleh konsumsi domestik.
Setelah protes Lapangan Tiananmen, China memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi guna menjamin stabilitas dalam negeri dan mempertahankan kekuasaan satu partai. Tetapi ketika ekonomi melambat, ada kekhawatiran pengangguran akan meningkat dan, seiring itu, timbul kerusuhan.
Kepala Biro Statistik Nasional China, Ma Jiantang, mengatakan salah satu hasil baik dari kinerja ekonomi China tahun lalu adalah pertumbuhan sektor jasa. Menurutnya, hampir separuh perekonomian China kini adalah sektor jasa.
Ma mengatakan perekonomian China tumbuh stabil tahun 2014 dan tetap stabil dibawah pertumbuhan yang lebih lambat, yang disebut pejabat-pejabat sebagai "tingkat normal yang baru".
Ma mengatakan situasi ekonomi domestik dan internasional tetap kompleks dan prospek pertumbuhan ekonomi masih sulit.
China kesulitan akibat beban utang pemerintah daerah dan utang perusahaan yang terus naik. Dan, walau gerakan anti-korupsi yang dilancarkan pemerintah disambut baik, beberapa analis berpendapat, tindakan itu menghambat konsumsi.
Juga hari Selasa (20/1), Dana Moneter Internasional (IMF) mengubah proyeksi pertumbuhan China untuk tahun 2015 dan 2016, dengan mengatakan mereka memperkirakan ekspansi ekonomi negara itu akan turun di bawah tujuh persen tahun ini dan menjadi 6,3 persen tahun berikutnya.