Juru runding tertinggi Iran yang sedang membahas perjanjian nuklir, Sabtu (17/4), mengatakan perundingan telah mencapai kemajuan, tapi masih banyak yang harus dilakukan sebelum perjanjian final bisa dicapai.
Iran dan negara-negara kuat di dunia melanjutkan perundingan di Wina, Austria yang dimulai awal bulan ini untuk menghidupkan lagi perjanjian nuklir 2015 yang ditinggalkan oleh AS tiga tahun lalu.
"Ada pengertian baru yang muncul di sana dan ada kepentingan bersama antara para pihak untuk mencapai tujuan utama," kata juru runding Iran Abbas Araqchi kepada media milik pemerintah. “Namun, jalan di depan tidak mudah dan ada beberapa perbedaan serius."
Wakil China dalam perundingan itu mengatakan pihak-pihak lain dalam perjanjian 2015 itu setuju untuk mempercepat upaya guna memecahkan masalah, seperti sanksi apa yang akan dicabut oleh AS, dan langkah apa yang harus diambil Iran agar mematuhi perjanjian.
Jalan menuju kesepakatan kemungkinan akan terkendala pengumuman Iran pekan ini, dan konfirmasi badan pengawas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Sabtu (17/4), bahwa Iran akan memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian 60 persen, tiga kali lebih tinggi dari sebelumnya.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan dalam pernyataan bahwa pihaknya "hari ini memverifikasi bahwa Iran telah memulai produksi UF6 yang diperkaya hingga 60 persen," di Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Pilot Natanz.
Langkah itu mempersulit perundingan yang bertujuan menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara berpengaruh, karena Iran dianggap semakin dekat memproduksi uranium pembuat senjata. [vm/ft]