Empat buah tas jinjing atau tote bag bergambar tokoh wayang potehi yakni Dewa Kwan Kong, dipamerkan Shindy Arista, alumni Universitas Surabaya, Jurusan Desain Produk, Fakultas Industri Kreatif. Berbahan dasar kain jeans navy, Shindy melukiskan gambar tokoh wayang potehi secara manual. Dipilihnya tokoh dewa agama Khonghucu Kwan Kong ini karena sifat dan karakternya yang memiliki nilai-nilai yang layak diteladani.
“Dewa Kwan Kong ini kan merupakan jenderal perang, kebetulan memang dia memiliki sifat teladan, sifat yang setia, jujur, dan benar-benar setia sama sumpahnya, setia sama janjinya. Jadi dia tidak mau untuk mengkhianati semua janji-janjinya itu. Terus dia juga merupakan dewa untuk perlindungan rakyat,” tutur Shindy Arista kepada VOA.
Shindy memilih tokoh Dewa Kwan Kong, karena prihatin dengan kondisi saat ini di mana ada pihak-pihak yang ingin memecah belah dengan fitnah, hoaks dan provikasi. Peristiwa aksi unjuk rasa tanggal 21 dan 22 Mei yang berakhir ricuh seharusnya tidak perlu terjadi, bila setiap orang mampu mengendalikan emosi dan akal sehatnya seperti yang dimiliki Dewa Kwan Kong.
“Orang-orang ini seperti termakan emosinya sendiri, jadi tindakannya itu malah tidak baik untuk persatuan Indonesia. Jadi harapannya itu, supaya masyarakat ini ingat dan tidak termakan sama emosi, tidak termakan sama berita-berita hoax, dan mengingat sifat Kwan Kong ini yang dijadikan teladannya supaya masyarakat ini juga lebih bersatu,” kata Shindy.
Sementara itu, Kepala Program Studi Desain Produk, Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya, Wyna Herdiana mengatakan, selain ingin menuangkan aspirasinya melalui media seni rupa, karya buatan Shindy ini mampu mendatangkan pendapatan yang cukup tinggi, sebagai bukti bahwa kaum muda Indonesia masih mampu menghadirkan masa depan bangsa yang lebih baik di masa depan.
“Karya tasnya ini diperjualbelikan sekarang, jadi melalui penjualan online, dan lumayan hasilnya juga. Dan pembuatannya itu secara manual, jadi bukan printing. Jadi dia melukis dengan tangan, handmade. Jadi mereka lebih bisa mengeksplorasi karya-karyanya itu dengan sebaik mungkin karena memang apa yang mereka buat itu berdasarkan dari keunggulan atau yang mereka sukai,” ujar Wyna. (pr/em)