Menurut sebuah studi dari Milken Institute School of Public Health milik George Washington University di Washington DC, perokok yang menggunakan program pesan singkat untuk berhenti merokok mempunyai kemungkinan berhasil dua kali lipat dibandingkan perokok yang tidak menggunakan program pesan singkat.
Program pesan singkat ini membantu dengan cara mengirimkan nasehat, alarm pengingat, maupun teknik berhenti merokok kepada si pecandu rokok.
Program pesan singkat ini juga bisa mengirim game agar keinginan merokok dapat teralihkan. Para pengguna yang ingin merokok tinggal menuliskan teks “crave” untuk mendapatkan balasan.
Para peneliti dari Milken Institute SPH menyebutkan, lebih dari 75.000 orang sudah menggunakan program pesan singkat yang dinamakan Text2Quit.
“Pesan-pesan singkat ini membantu para perokok untuk tetap fokus menghindari rokok,” ujar Lorien C. Abroms, professor yang memimpin penelitian di Milken Insitute SPH, dalam sebuah pernyataan.
“Bagaimanapun, studi tambahan juga perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil dan melihat seberapa efektif Text2Quit ini jika dibandingkan dengan program lain,” tambah Abroms.
Untuk studi ini, Abrom dan para koleganya merekrut 503 perokok dari internet. Beberapa perokok dikirimkan pesan singkat dari Text2Quit dan beberapa perokok lain hanya dikirimkan panduan manual berhenti merokok.
Setelah enam bulan, para peneliti menghubungi mereka kembali untuk melihat hasil perbandingannya. Mereka menemukan bahwa angka perokok yang berhenti merokok dengan bantuan Text2Quit, lebih tinggi yakni 11 persen. Sedangkan angka perokok yang berhenti merokok dengan bantuan panduan manual hanya 5 persen.
Untuk memastikan apakah perokok tersebut benar-benar berhenti merokok, para peneliti juga mengambil contoh air liur mereka. Di antara yang diuji, tingkat berhenti merokok juga dua kali lipat lebih tinggi dibanding kelompok control.
Pada tahun 2011, penelitian serupa dilakukan di Inggris dan hasilnya mendekati hasil penelitian Milken Institute SPH.
Menurut Centers for Disease Control, merokok telah merenggut 480.000 nyawa setiap setahun di Amerika. Secara global, CDC juga mengatakan lebih dari 5 juta orang meninggal akibat rokok. Angka kematian diprediksikan akan bertambah menjadi 8 juta pada tahun 2030.
Walaupun hasil penelitian Milken Institute SPH terlihat begitu menjanjikan, lebih banyak penelitian masih dibutuhkan, karena penelitian ini hanya melibatkan para perokok yang memang sudah punya keinginan untuk berhenti dan mendapat informasi dari internet.
Sebagai contoh, lebih banyak penelitian perlu dilakukan tentang bagaimana program pesan teks bisa diterapkan di populasi yang tidak terlalu terhubung secara digital, dan juga pada populasi yang mempunyai motivasi untuk berhenti merokok lebih rendah.
Para peneliti juga harus membandingkan penemuan mereka dengan program lain seperti, program SmokefreeTXT milik National Cancer Institute, yang diluncurkan tahun 2011.
Studi yang didanai oleh National Cancer Institute bisa dibaca online dalam American Journal of Preventive Medicine.
Foto dari Flickr.
Program pesan singkat ini membantu dengan cara mengirimkan nasehat, alarm pengingat, maupun teknik berhenti merokok kepada si pecandu rokok.
Program pesan singkat ini juga bisa mengirim game agar keinginan merokok dapat teralihkan. Para pengguna yang ingin merokok tinggal menuliskan teks “crave” untuk mendapatkan balasan.
Para peneliti dari Milken Institute SPH menyebutkan, lebih dari 75.000 orang sudah menggunakan program pesan singkat yang dinamakan Text2Quit.
“Pesan-pesan singkat ini membantu para perokok untuk tetap fokus menghindari rokok,” ujar Lorien C. Abroms, professor yang memimpin penelitian di Milken Insitute SPH, dalam sebuah pernyataan.
“Bagaimanapun, studi tambahan juga perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil dan melihat seberapa efektif Text2Quit ini jika dibandingkan dengan program lain,” tambah Abroms.
Untuk studi ini, Abrom dan para koleganya merekrut 503 perokok dari internet. Beberapa perokok dikirimkan pesan singkat dari Text2Quit dan beberapa perokok lain hanya dikirimkan panduan manual berhenti merokok.
Setelah enam bulan, para peneliti menghubungi mereka kembali untuk melihat hasil perbandingannya. Mereka menemukan bahwa angka perokok yang berhenti merokok dengan bantuan Text2Quit, lebih tinggi yakni 11 persen. Sedangkan angka perokok yang berhenti merokok dengan bantuan panduan manual hanya 5 persen.
Untuk memastikan apakah perokok tersebut benar-benar berhenti merokok, para peneliti juga mengambil contoh air liur mereka. Di antara yang diuji, tingkat berhenti merokok juga dua kali lipat lebih tinggi dibanding kelompok control.
Pada tahun 2011, penelitian serupa dilakukan di Inggris dan hasilnya mendekati hasil penelitian Milken Institute SPH.
Menurut Centers for Disease Control, merokok telah merenggut 480.000 nyawa setiap setahun di Amerika. Secara global, CDC juga mengatakan lebih dari 5 juta orang meninggal akibat rokok. Angka kematian diprediksikan akan bertambah menjadi 8 juta pada tahun 2030.
Walaupun hasil penelitian Milken Institute SPH terlihat begitu menjanjikan, lebih banyak penelitian masih dibutuhkan, karena penelitian ini hanya melibatkan para perokok yang memang sudah punya keinginan untuk berhenti dan mendapat informasi dari internet.
Sebagai contoh, lebih banyak penelitian perlu dilakukan tentang bagaimana program pesan teks bisa diterapkan di populasi yang tidak terlalu terhubung secara digital, dan juga pada populasi yang mempunyai motivasi untuk berhenti merokok lebih rendah.
Para peneliti juga harus membandingkan penemuan mereka dengan program lain seperti, program SmokefreeTXT milik National Cancer Institute, yang diluncurkan tahun 2011.
Studi yang didanai oleh National Cancer Institute bisa dibaca online dalam American Journal of Preventive Medicine.
Foto dari Flickr.