Pihak berwenang Irak meningkatkan tekanan terhadap keluarga-keluarga yang berada di kamp-kamp pengungsi di provinsi Anbar untuk pulang ke kampung-kampung halaman mereka menjelang pemilu nasional Mei mendatang. Pemerintah Irak mengatakan, para pengungsi akan sulit memberikan suara mereka bila masih berada di kamp-kamp itu.
Sejumlah lembaga bantuan, termasuk Dewan Pengungsi Denmark, Komisi Penyelamatan Internasional dan Dewan Pengungsi Norwegia, menentang tekanan tersebut. Mereka mengatakan, banyak pengungsi di Anbar merasa lebih aman berada di tempat di mana kini mereka berada daripada di kampung halaman mereka.
Para pengungsi tersebut meninggalkan rumah-rumah mereka untuk menghindari kekerasan yang ditimbulkan dalam perang melawan ISIS. Perang selama lebih dari tiga tahun itu telah mengakibatkan hampir 6 juta orang terpaksa mengungsi. Sejauh ini, mayoritas pengungsi telah pulang namun, 2,4 juta lainnya masih bertahan di Anbar.
Baca juga: Kemenangan atas ISIS di Irak Masih Rapuh
Sebuah laporan sepanjang 32 halaman yang dirilis Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan, 84 persen keluarga pengungsi di Anbar mengaku lebih aman berada di kamp ketimbang di kampung halaman mereka, dan lebih dari 50 persen pengungsi mengatakan rumah mereka rusak atau hancur.
Sejumlah pengungsi, menurut laporan itu, khawatir akan kemungkinan tewas atau mengalami cedera serius akibat bom-bom yang kemungkinan masih tersisa di kampung halaman mereka. [ab/lt]