Dalam wawancara dengan jaringan televisi Arab hari Senin, al-Khatib mengatakan ia mengulurkan tangan kepada Wakil Presiden Suriah Farouk al-Sharaa, untuk merundingkan apa yang disebutnya “kepergian dengan damai rejim Assad.”
Pemimpin Koalisi Nasional Suriah itu mula-mula mengajukan tawarannya pekan lalu, dengan mengatakan tawaran itu bergantung pada persyaratan pemerintah membebaskan puluhan ribu orang tawanan dan menyediakan paspor bagi warga Suriah yang mengasingkan diri karena pemberontakan yang sudah hampir dua tahun menentang kekuasaan otoriter Assad.
Usul tersebut telah menimbulkan kemarahan sebagian anggota koalisi oposisi, yang sebelumnya menuntut agar Assad meninggalkan kekuasaan sebelum perundingan dapat dimulai.
Dalam wawancara terbarunya, al-Khatib mengatakan ia menghendaki dialog dengan pemerintahan Assad karena ia telah menyimpulkan bahwa hanya rakyat Suriah yang dapat mencari solusi terhadap perang saudara di negara tersebut.
Pandangan masyarakat international terpecah-belah mengenai cara menanggapi konflik itu, dimana negara-negara kuat Barat dan sekutu Arab mereka menuntut peletakan jabatan Assad, sementara negara-negara sekutu presiden Suriah seperti Iran dan Rusia bersikeras bahwa negara asing tidak boleh mendikte masa depan Suriah.
Al-Khatib mengatakan tawaran pembicaraannya menempatkan bola di pihak pemerintah. Belum ada tanggapan dari Assad, yang telah mengusulkan gagasannya sendiri berupa proses rekonsiliasi yang menawarkan pemilu dan undang-undang dasar baru tetapi mempertahankan dirinya sebagai pemegang kekuasaan.
Jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika Victoria Nuland mengatakan bahwa kalau pemerintahan Assad berminat pada perdamaian, mereka harus bertemu dengan koalisi oposisi sekarang untuk mengadakan pembicaraan.
Pemimpin Koalisi Nasional Suriah itu mula-mula mengajukan tawarannya pekan lalu, dengan mengatakan tawaran itu bergantung pada persyaratan pemerintah membebaskan puluhan ribu orang tawanan dan menyediakan paspor bagi warga Suriah yang mengasingkan diri karena pemberontakan yang sudah hampir dua tahun menentang kekuasaan otoriter Assad.
Usul tersebut telah menimbulkan kemarahan sebagian anggota koalisi oposisi, yang sebelumnya menuntut agar Assad meninggalkan kekuasaan sebelum perundingan dapat dimulai.
Dalam wawancara terbarunya, al-Khatib mengatakan ia menghendaki dialog dengan pemerintahan Assad karena ia telah menyimpulkan bahwa hanya rakyat Suriah yang dapat mencari solusi terhadap perang saudara di negara tersebut.
Pandangan masyarakat international terpecah-belah mengenai cara menanggapi konflik itu, dimana negara-negara kuat Barat dan sekutu Arab mereka menuntut peletakan jabatan Assad, sementara negara-negara sekutu presiden Suriah seperti Iran dan Rusia bersikeras bahwa negara asing tidak boleh mendikte masa depan Suriah.
Al-Khatib mengatakan tawaran pembicaraannya menempatkan bola di pihak pemerintah. Belum ada tanggapan dari Assad, yang telah mengusulkan gagasannya sendiri berupa proses rekonsiliasi yang menawarkan pemilu dan undang-undang dasar baru tetapi mempertahankan dirinya sebagai pemegang kekuasaan.
Jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika Victoria Nuland mengatakan bahwa kalau pemerintahan Assad berminat pada perdamaian, mereka harus bertemu dengan koalisi oposisi sekarang untuk mengadakan pembicaraan.