Perdana Menteri Inggris Boris Johnson hari Kamis (12/9) dengan tegas membantah telah membohongi Ratu Inggris saat memohon kepada Ratu Elizabeth untuk menangguhkan parlemen selama lima pekan menjelang tenggat waktu Brexit – penangguhan kontroversial yang ditentang melalui pengadilan dan menyeret para hakim ke ranah politik.
Ketika ditanya apakah dia telah membohongi Ratu saat menyarankannya untuk menangguhkan Parlemen, dan apakah dia telah bersiasat tentang alasannya menginginkan penangguhan itu, dia menjawab, “Tentu saja tidak.”
Dia menjawab hal itu “tidak masuk akal” untuk berasumsi bahwa penangguhan itu di luar ranah demokrasi.
Komentar ini keluar beberapa jam setelah 3 hakim pengadilan Skotlandia memutuskan bahwa saran yang diberikan pemerintah kepada Ratu, yang berujung pada 5 minggu penangguhan parlemen yang dimulai Senin (9/9), “tidak berlandaskan hukum” karena hal tersebut pada dasarnya menyamarkan alasan pemerintah sebenarnya yang menginginkan pemberhentian parlemen.
Keputusan tersebut memunculkan dinamika baru dalam sistem perpolitikan Inggris yang telah kacau akibat adanya Brexit dan membuat panggung persidangan pada Selasa mendatang menjadi dramatis.
Kini saatnya tiba bagi Mahkamah Agung Inggris untuk membenarkan keputusan pengadilan Skotlandia itu – atau menyetujui keputusan yang berlawanan dari pengadilan Inggris dan Irlandia Utara yang memutuskan penangguhan parlemen sudah sesuai hukum. (ti/jm)