Proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang sudah kacau, hari Senin (10/12) menjadi semakin kacau ketika Perdana Menteri Theresa May menunda pemungutan suara Majelis rendah parlemen mengenai kesepakatan Brexit, sebuah perjanjian yang memerlukan perundingan berliku-liku selama berbulan-bulan dengan Brussels untuk mencapai kesimpulan akhir.
Setelah perdebatan selama empat hari di Majelis Rendah dan upaya panik perdana menteri itu untuk mendapat persetujuan dari publik Inggris yang makin tidak setuju, para anggota parlemen direncanakan akan menolak perjanjian May itu. Kekalahan di parlemen tersebut akan memaksa May tersingkir dari jabatannya sebagai perdana menteri dan bisa memicu jatuhnya pemerintahan Konservatif.
Meskipun May hari Senin secara terbuka bersikeras pemungutan suara mengenai perjanjian penarikan diri yang mempertaruhkan kredibilitasnya terus dilaksanakan para pembantunya mengatakan di balik layar, para menteri kabinet memintanya agar tidak meneruskannya.
Sebaliknya mereka mendesak May untuk kembali ke Brussels berupaya mendapatkan lebih banyak konsesi sebelum Majelis Rendah mengambil keputusan.
Mereka berpendapat May akan menghadapi kekalahan bersejarah di parlemen dan perlu mengambil risiko. Tapi pilihan lainnya membuka kembali perundingan mengenai kesepakatan setebal 585 halaman dengan Brussel itu tampak suram. Berita mengenai penundaan itu, menyebabkan poundsterling yang sudah lemah jatuh ke level terendahnya terhadap dolar dalam 18 bulan dan terhadap Euro.
Berbicara kepada Majelis Rendah yang penuh sesak, May mengatakan ia "menyimak apa yang telah disampaikan" selama tiga hari perdebatan. Komentar itu memancing tawa dan cemooh dari anggota parlemen. "Jika pemungutan suara dilanjutkan, akan kalah dengan selisih besar. Jadi pemungutan suara akan ditangguhkan," kata May. May mengatakan kesepakatan itu dalam batasannya yang luas merupakan yang terbaik bagi Inggris. Ia mengatakan akan bertemu dengan para pemimpin Uni Eropa "pada hari-hari mendatang."
Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, menyebut penundaan itu sebagai penghinaan. Ia mengatakan pemerintah telah "kehilangan kendali atas peristiwa itu." Ia mengatakan kepada Majelis Rendah parlemen May harus memberi jalan bagi pemerintahan baru. "Pemerintah dalam kekacauan ... dan rakyat putus asa." Para pemimpin oposisi dilaporkan sedang membahas mosi tidak percaya kepada pemerintah atau mengecam perdana menteri itu. (my)