Juru bicara pemerintah Jepang mengatakan hari Jumat (11/7) bahwa pertemuan puncak regional Asia di Beijing bulan November ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi para pemimpin Jepang dan China untuk mengadakan pembicaraan pertama mereka di tengah hubungan yang memburuk.
Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan pertemuan Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) tersebut akan memberikan lingkungan yang “alami” bagi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden China Xi Jinping untuk bertemu di sela-sela pertemuan APEC itu.
Beijing akan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan tahun ini untuk kelompok beranggota 21 negara itu.
"APEC adalah di mana pemimpin dunia berkumpul, dan saya yakin itu akan cukup tepat (bagi Abe dan Xi) untuk mengadakan pembicaraan, sebagaimana yang dilakukan oleh anggota masyarakat internasional lainnya,'' kata Suga di klub untuk koresponden asing di Jepang.
Dia mengatakan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di dunia itu harus bertindak sebagai anggota yang bertanggung jawab masyarakat internasional. Sangat tidak biasa bagi para pemimpin kedua negara untuk tidak bertemu begitu lama setelah mulai memegang jabatan. Abe menjadi perdana menteri pada bulan Desember 2012, dan Xi menjadi presiden pada bulan Maret 2013.
Hubungan Jepang-China memburuk akibat sengketa pulau di Laut China Timur, eksploitasi tambang gas bawah laut di daerah tersebut, serta sejarah masa perang.
Hubungan mereka berubah dingin akhir tahun lalu ketika Abe mengunjungi kuil di Tokyo yang kontroversial, di mana para pemimpin Jepang pada masa Perang Dunia II yang dihukum sebagai penjahat perang dihormati di antara 2,5 juta orang yang tewas. Hal itu dipandang China sebagai tidak adanya penyesalan atas agresi Jepang pada masa perang.