Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah tetap mewaspadai kemungkinan anggota kelompok ISIS asal Marawi, Filipina Selatan lari ke wilayah Provinsi Sulawesi Tengah khususnya ke Kabupaten Poso, meskipun secara geografis provinsi ini tidak berhadapan langsung dengan Filipina, seperti halnya Sulawesi Utara maupun Pulau Kalimantan.
Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Hari Suprapto mengatakan sejumlah langkah telah diambil untuk maksud itu dengan memaksimalkan fungsi intelijen dan deteksi dini oleh petugas Babinkamtibmas di desa-desa serta tetap berkoordinasi dengan Kantor Imigrasi di Palu.
“Misalnya kalau kita mengambil Marawi, tentu saja dia pasti akan melalui Sulawesi Utara, kemudian beberapa juga yang pernah kita tangkap dalam arti baik Satgas Tinombala maupun Polda Sulteng ini juga berasal dari Kalimantan, oleh karena itu tentu saja baik di Polda Sulawesi Utara maupun di Kalimantan ini ada satuan-satuan yang sudah melaksanakan kegiatan, maksudnya untuk mengantisipasi, dengan fungsi deteksi maupun pencegahan. Tentu saja kita beruntungnya tidak langsung, namun demikian kita tetap melakukan, melaksanakan kewaspadaan yang tadi sudah saya sampaikan,” ujar AKBP Hari Suprapto.
AKBP Hari Suprapto dalam keterangannya kepada VoA (13/7/2017) mengatakan sejauh ini belum ada indikasi masuknya anggota ISIS asal Marawi ke Sulawesi Tengah namun kewaspadaan tetap dijaga.
Kabupaten Poso sendiri tetap menjadi perhatian utama dalam penanganan pengaruh ISIS, terkait dengan sisa kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang hingga kini masih diburu aparat keamanan TNI-POLRI dalam operasi Tinombala.
Kelompok itu diketahui pernah berbaiat kepada ISIS. Meskipun tidak memiliki kaitan langsung dengan kelompok ISIS di Marawi, kelompok teroris di Poso itu diyakini pernah mendapatkan pasokan senjata api dari Filipina yang kemudian berhasil disita aparat dalam Operasi Tinombala.
“Kalau kita lihat dari beberapa catatan, secara langsung memang tidak ada. Namun demikian dari beberapa hasil penyidikan maupun dari data intelijen, bahwa salah satunya kelompok Santoso, yang saat ini kita terus upayakan untuk dicari, ini memang pernah berbaiat dengan ISIS. Kemudian juga informasi dari senjata yang sudah kita dapatkan, beberapa di antaranya dari Filipina,” papar AKBP Hari Suprapto.
Operasi Tinombala yang digelar sejak tahun 2016 telah berhasil mengurangi aksi kekerasan dan terorisme yang dilakukan kelompok MIT. Pada awal operasi yang dimulai pada 10 Januari 2016 itu, kekuatan kelompok MIT itu 41 orang, enam di antaranya adalah warga asing asal Uighur, China.
Warga asing itu masuk ke Poso, Sulawesi Tengah dengan rute China, Thailand, Myanmar, Malaysia, dan masuk ke Indonesia melalui Sumatera, Jawa, Kalimantan baru masuk ke Sulawesi Tengah. Selain itu 4 warga asing lainnya yang juga asal Uighur ditangkap polisi saat dalam perjalanan menuju ke Poso.
Operasi Tinombala masih berlangsung di Poso untuk mencari dan menangkap 7 orang dari sisa kelompok MIT. Operasi itu melibatkan 2.600 personel gabungan TNI-POLRI untuk melacak keberadaan ke-7 orang tersangka DPO di hutan pegunungan Poso yang memilliki luas 2.400 kilometer persegi. [yl/uh]