Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memerintahkan angkatan kepolisian negara itu untuk melanjutkan peran mereka dalam perang anti-narkoba.
Juru bicara kepresidenan Harry Roque, Selasa (5/12) mengatakan bahwa Duterte menandatangani sebuah perintah yang memerintahkan polisi agar mendukung Badan Penanggulangan Narkoba Filipina, dengan alasan bangkitnya kembali perdagangan obat-obatan terlarang di negara itu.
Duterte yang kini berusia 72 tahun melancarkan kampanye itu segera setelah mulai menjabat pada Juni 2016 dengan janji untuk menghilangkan obat terlarang dalam waktu enam bulan. Antara 4.000 sampai 7.000 orang tewas dalam tindakan keras selama 18 bulan, sehingga mendatangkan kecaman dari kelompok hak asasi manusia, yang menuduh polisi melakukan pembunuhan "di luar hukum".
Duterte telah memindahkan pasukan polisi dari kegiatan resmi dua kali dalam tindakan keras selama 18 bulan, yang pertama pada bulan Februari, setelah seorang pengusaha Korea Selatan diculik dan dibunuh oleh polisi anti-narkotika, dan yang kedua dilakukan pada bulan Oktober lalu setelah pembunuhan brutal tiga remaja dalam insiden terpisah memicu demonstrasi jalanan yang langka.
Meskipun kecaman terhadap tindakan keras itu meningkat, baik di dalam maupun di luar negeri, berbagai survei mengungkapkan dukungan luas di kalangan warga Filipina untuk kampanye Duterte itu. [lt]