Tautan-tautan Akses

Polisi Tangkap 250 Demonstran Lebih pada Peringatan HUT 'Rompi Kuning'


Demonstran berlindung dari gas air mata yang ditembakkan oleh polisi anti huru hara saat demonstrasi rompi kuning, di Paris, Sabtu, 21 September 2019. (Foto: AP/Kamil Zihnioglu)
Demonstran berlindung dari gas air mata yang ditembakkan oleh polisi anti huru hara saat demonstrasi rompi kuning, di Paris, Sabtu, 21 September 2019. (Foto: AP/Kamil Zihnioglu)

Polisi Perancis telah menangkap lebih dari 250 pendemo di seluruh negara selama berlangsung reli-reli memperingati satu tahun gerakan protes “rompi kuning.” Pejabat mengatakan, 173 orang ditangkap di Paris.

Menteri Dalam Negeri, Chrisophe Castaner, hari Minggu (17/11) mengatakan kepada radio Europe 1 bahwa hanya sedikit pendemo murni di antara mereka yang melakukan huru-hara di Paris tenggara pada Sabtu selama beberapa jam.

Dia menggambarkan mereka sebagai “preman, biadab, yang datang untuk berkelahi dengan pasukan keamanan dan mencegah layanan darurat melaksanakan tugas mereka.”

Polisi Paris menembakkan gas air mata di barat laut dan selatan Paris pada hari Sabtu (16/11) untuk mengusir pengunjuk rasa yang menandai ulang tahun pertama demonstrasi "rompi kuning" anti-pemerintah.

Di Place d'Italie di Paris selatan, para demonstran, banyak yang berpakaian hitam dan menyembunyikan wajah mereka, membakar tong sampah dan melemparkan proyektil ke polisi anti huru hara sambil membangun barikade.

Bentrokan pecah antara demonstran dan polisi di dekat Porte de Champerret ketika para pemrotes bersiap untuk berbaris melintasi kota menuju Gare d'Austerlitz.

Polisi juga turun tangan untuk mencegah beberapa demonstran menduduki jalan lingkar Paris, menurut rekaman TV Reuters. Polisi Paris mengatakan sedikitnya 173 orang telah ditangkap, sementara puluhan lainnya ditangkap di seluruh negara itu.

Rompi kuning adalah rompi yang dikenakan oleh para demonstran. Demonstrasi meletus pada pertengahan November 2018 karena kenaikan harga bahan bakar dan tingginya biaya hidup. Demonstrasi melonjak menjadi gerakan yang lebih luas terhadap Presiden Emmanuel Macron dan reformasi ekonominya.

Protes kehilangan kekuatan dalam beberapa bulan terakhir, dari puluhan ribu peserta menjadi hanya beberapa ribu, tetapi para pemimpin gerakan menyerukan orang-orang untuk keluar pada hari Sabtu untuk menandai ulang tahun pertama.

Pada puncaknya di akhir 2018, gerakan ini tumbuh hingga 300 ribu orang.

Protes telah dilarang di dekat tempat-tempat wisata seperti Menara Eiffel dan banyak stasiun kereta bawah tanah ditutup pada hari Sabtu.

Gerakan rompi kuning adalah salah satu tantangan terberat bagi kepresidenan Macron sebelum berkurang di awal musim panas.

Gerakan ini berevolusi dari blokade jalan nasional menjadi serangkaian demonstrasi yang sering disertai kekerasan yang mengadu pemrotes yang ribut dengan polisi dan telah menghancurkan Paris dan kota-kota besar lainnya di negara itu.

Krisis rompi kuning memaksa Macron untuk membuat konsesi kebijakan dan menunda gelombang besar reformasi berikutnya, termasuk merombak sistem pensiun dan pengangguran.

Sebuah survei oleh pengumpul pendapat Odoxa yang diterbitkan dua minggu lalu menunjukkan hampir satu dari setiap dua orang Perancis percaya gerakan protes mungkin muncul kembali.

Rencana Macron untuk menyederhanakan sistem pensiun yang sulit dan mahal, yang menurutnya akan membuatnya lebih adil, sangat tidak populer.

Serikat pekerja telah meminta pekerja kereta api, staf transportasi umum Paris, supir truk dan pegawai negeri sipil untuk melakukan mogok terhadap pemeriksaan pensiun pada 5 Desember, dan dalam beberapa kasus di luar.

Para pelajar dan pemrotes rompi kuning telah menyerukan agar orang bergabung dengan serikat pekerja.

Pada hari Kamis Macron menjanjikan uang untuk rumah sakit dalam upaya untuk memadamkan kerusuhan di antara petugas medis. [ah]

Recommended

XS
SM
MD
LG