Presiden Filipina mengatakan ia telah meminta Menteri Keuangannya agar menolak paket bantuan keuangan Inggris yang tidak dijelaskan dan bahwa ia siap memutuskan hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa yang mengecam penindakan maut anti-narkobanya.
Presiden Rodrigo Duterte juga mengancam dalam acara talk-show televisi pemerintah Jumat malam (13/10) untuk memproklamasikan "pemerintahan revolusioner sampai akhir masa jabatan saya" untuk memungkinkannya menangkap para penentang dan melancarkan perang habis-habisan terhadap gerilya komunis kalau mereka berusaha benar-benar untuk menggoyahkan pemerintahannya.
Kemarahan terbaru Duterte terhadap para pengeritiknya terjadi setelah hasil poll independen yang diungkapkan kepada umum dalam satu minggu ini menunjukkan bahwa angka dukungannya telah turun ke angka terendah sejak ia memangku jabatan presiden tahun lalu, di tengah-tengah kecaman luas atas pembunuhan terkait narkoba yang tidak henti-hentinya dan tuduhan bahwa ia mempunyai kekayaan yang tidak dijelaskan asal-usulnya.
Organisasi poll "The Social Weather Stations" mengatakan survei nasionalnya tanggal 23 sampai 27 September menunjukkan angka kepuasan rakyat terhadap Duterte turun 18 poin menjadi 48, tingkat yang digolongkan baik, kecuali dibandingkan dengan hasil survei terakhirnya bulan Juni, ketika ia memperoleh penilaian sangat baik dengan angka 66 poin.
Di tengah-tengah kecaman kembali terhadap kampanye anti-narkobanya, yang telah menewaskan ribuan orang yang sebagian besar tersangka yang miskin, Duterte telah melarang polisi nasionalnya untuk kedua kalinya melakukan penindakan dan mengangkat badan anti-narkoba yang kecil untuk mempelopori penindakan.
Pemimpin yang rawan itu juga telah sangat marah oleh keprihatinan atas pembunuhan-pembunuhan tersangka narkoba yang dipermasalahkan oleh sekelompok kecil anggota parlemen Eropa dan para pembela hak azasi manusia, yang baru-baru ini berkunjung ke Manila. [gp]