Presiden Iran Hassan Rouhani, Senin (28/9), akan meninggalkan New York untuk pulang ke Teheran. Ia memperpendek kunjungan singkatnya di sidang Majelis Umum PBB untuk bisa berpartisipasi dalam upacara menghormati warga Iran yang tewas akibat insiden berdesak-desakan sewaktu menjalankan ibadah haji.
Seratus enam puluh sembilan warga Iran dikukuhkan termasuk di antara 769 orang yang tewas pekan lalu akibat insiden yang terjadi di luar kota Mekah, Arab Saudi, itu. Lebih dari 300 orang masih dinyatakan hilang.
Rouhani dijadwalkan akan berpidato di hadapan Majelis Umum PBB, Senin pagi. Misi Iran untuk PBB menyatakan, Rouhani telah membatalkan sejumlah pertemuan sela dalam acara itu agar bisa pulang ke Iran, Senin sore.
Hari Minggu (27/9), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei menuntut Arab Saudi meminta maaf atas peristiwa tragis itu. Dalam sebuah pernyataan yang diposkan di situs resminya, Khamenei mengatakan, para penguasa Arab Saudi bertanggungjawab atas tragedi tersebut.
Sejumlah warga Iran, hari Mingu (27/9) menggelar protes di luar Kedubes Saudi di Teheran untuk hari ketiga berturutan.
Menteri Luar Negeri Saudi Adel bin Ahmed Al-Jubeir menuding Iran mengeksploitasi secara politik tragedi tersebut. Iran menuduh Saudi melakukan kejahatan dan tidak kompeten, serta bersumpah akan mengambil tindakan hukum di pengadilan internasional. Para pemimpin Iran mengatakan, Arab Saudi tidak mampu menangani kegiatan yang diikuti 2 juta orang setiap tahunnya itu.
Jaksa penuntut pemerintah Iran, Ebrahim Raisi, mengatakan pengelolaan Arab Saudi yang buruk terhadap jemaah haji merupakan tindakan kriminal berdasarkan hukum internasional.
Berbicara melalui televisi pemerintah Iran, ia mengungkapkan kembali cerita yang belum bisa dikukuhkan bahwa insiden fatal itu terjadi karena pihak berwenang mencoba mengalihkan para jemaah dari jalan yang sedang digunakan konvoi keluarga kerajaan Saudi. Para jemaah sendiri menuduh insiden itu akibat penutupan jalan-jalan dan pengelolaan yang buruk. [ab]