Presiden Perancis Emmanuel Macron hari Rabu (25/4) berpidato di Kongres AS setelah menyatakan Amerika seharusnya tidak menarik diri dari perjanjian internasional dengan Iran untuk membatasi pengembangan senjata nuklirnya.
Sebelumnya dalam pembicaraan di Gedung Putih hari Selasa (24/4), Macron mendesak Presiden AS Donald Trump untuk tidak membatalkan perjanjian tahun 2015 itu ketika ia menghadapi tenggat waktu bulan depan apakah akan kembali menerapkan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Pemimpin Perancis itu menginginkan kesepakatan yang dicapai Inggris, Jerman, Rusia, China, Perancis dan AS dengan Iran itu tetap utuh, sementara mengupayakan "kesepakatan baru" dengan Teheran yang akan mengatasi program rudal balistik dan membatasi keterlibatan militernya di Suriah, Yaman, Lebanon dan Irak.
Trump terus menyerang perjanjian itu sebagai "gila" dan "konyol" dan tidak membuat komitmen akan mempertahankan perjanjian nuklir itu yang dirundingkan oleh pendahulunya, mantan Presiden Barack Obama. Trump mengatakan akan mencari persamaan dengan Macron. Trump adalah satu-satunya pemimpin di antara negara-negara penandatangan persetujuan nuklir dengan Iran itu yang menentangnya.
Rabu merupakan hari terakhir kunjungan Macron selama tiga hari ke Washington, yang diisi dengan pembicaraan resmi dan kegiatan sosial yang sibuk. Kunjungan ini merupakan kunjungan kenegaraan pertama oleh seorang pemimpin asing selama 15 bulan kepresidenan Trump.
Trump dan ibu negara Melania Trump Selasa malam menyelenggarakan jamuan malam yang mewah untuk Macron dan istrinya, Brigitte Macron, bersama lebih dari 100 tamu, termasuk sejumlah pejabat pemerintahan Trump dan para eksekutif sejumlah perusahaan AS. [my/al]