Presiden terpilih Gambia, Adama Barrow, bertemu para pemimpin dunia di Mali dalam upaya mendapatkan jalan keluar yang damai dari krisis kepemimpinan di negara di Afrika Barat itu.
Barrow secara resmi dinyatakan sebagai pemenang pemilihan umum bulan lalu dengan margin tipis. Yahya Jammeh, yang telah berkuasa di Gambia sejak kudeta tahun 1994, awalnya menerima kekalahan tetapi kemudian berbalik sikap dan mengajukan gugatan atas hasil pemilu itu, dengan alasan adanya kecurangan suara.
Presiden Perancis Francois Hollande dan Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita sama-sama meminta Jammeh mundur ketika masa jabatan lima tahunnya berakhir minggu mendatang. Namun, Jammeh menyatakan akan tetap menjabat sampai Mahkamah Agung Gambia memberi putusan atas gugatannya terhadap hasil pemilu 1 Desember itu. Pengamat yang di Banjul memperkirakan, pengadilan perlu berbulan-bulan untuk mencapai keputusan.
Barrow, yang menghadiri KTT tahunan Perancis-Afrika di Bamako, hari Sabtu (14/1) mengatakan akan melanjutkan rencana pelantikannya hari Kamis.
Blok regional negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) telah menyiagakan pasukan militernya seandainya Jammeh tidak mundur pada waktunya.
Presiden Hollande di Mali mengatakan pemilihan Gambia itu bisa dipercaya dan transparan, sehingga hasilnya "harus diakui." [ka]