Mengobati gangguan mental yang parah dengan pembedahan selalu menjadi kontroversi. Psikiater terus berargumentasi mengenai etika dan kemanjuran prosedur tersebut. Tapi riset baru menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan umum seperti gangguan obsesif-kompulsif, depresi, penyakit Parkinson dan sindroma Tourette mungkin dapat ditolong dengan prosedur bedah yang lebih baru dan lebih terarah.
Aliran listrik lewat kawat elektroda tipis yang ditanam di otak dapat berfungsi seperti alat pacu jantung. Para periset mengatakan ada bukti baru bahwa prosedur yang disebut "deep brain stimulation," atau DBS, dapat mengobati beragam gangguan obsesif kompulsif dan depresi yang parah.
Setelah terapi obat dan perilaku gagal membantu para pasiennya, Dr. Benjamin Greenberg memutuskan untuk mengobati beberapa dari mereka dengan DBS. "Berdasarkan bukti yang kita miliki sekarang, prosedur ini sama efektifnya dengan bedah lesi, dimana separuh lebih pasien akan cukup membaik sehingga layak dilakukan." Ujar Greenberg.
Dr. Greenberg berhati-hati dalam menggunakan DBS. Dia yakin prosedur ini hanya digunakan setelah semua pengobatan konvensional tidak mempan.
Elektroda yang ditanam dengan pembedahan ini tidak menyembuhkan. Kawat di otak itu hanya meningkatkan kemampuan berfungsi pasien yang telah cacat oleh gangguan kejiwaan.
Greenberg mengatakan,"Kompulsi adalah hal yang kita lakukan dalam merespon, biasanya, terhadap obsesi kita. Ada yang dapat dilihat, seperti mencuci tangan, menghitung atau menyentuh berulang-ulang atau mungkin hal yang tersembunyi seperti secara mental memeriksa sesuatu atau bahkan berdoa dalam hati.”
Sejauh ini sekitar 70 ribu orang di dunia memiliki perangkat stimulasi yang ditanam di otak. Selama 10 tahun ini, hanya 70 pasien di Amerika yang menjalani stimulasi otak dalam untuk mengobati gangguan obsesif kompulsif mereka.
Teknologi ini juga telah digunakan untuk pasien depresi parah yang tidak merespon pengobatan lain. Dan secara eksperimen telah digunakan untuk melawan penyakit Parkinson, ikut mengurangi gemetar. Tapi pakar medis mengatakan stimulasi otak dalam masih lama lagi baru dapat dijadikan standar pengobatan klinis bagi gangguan mental.
Efek samping seperti pendarahan, infeksi dan kejang saat operasi mungkin terjadi dan kejang-kejang juga telah dilaporkan selama pengobatan.
Prosedur ini masih bersifat eksperimen dan Dr. Joseph Fins yakin lebih masih banyak lagi penelitian perlu dilakukan sebelum kita tahu kemanjurannya. "Terapi adalah sesuatu yang aman dan efektif. Dan ini masih diteliti. Ini masih belum terbukti manjur." Ujar Fins.
Masih belum jelas di bagian otak mana tepatnya elektroda DBS itu disisipkan untuk mengobati penyakit jiwa tertentu.
DBS bahkan menuai lebih banyak pertanyaan terkait etika. Menurut pakar, pertanyaannya adalah apakah psikiater dapat membuat diagnosa yang cukup yakin untuk membenarkan pembedahan otak pasien.