Laporan-laporan mengatakan lima dari korban tewas adalah pengebom bunuh diri. Para saksi mata mengatakan ledakan itu terjadi di dalam markas Mekanisme Operasional Gabungan di kota Gao sekitar pukul 9.00 pagi waktu setempat ketika ratusan tentara mulai berkumpul untuk mengadakan pertemuan.
Kamp itu dibentuk sebagai bagian dari perjanjian damai yang ditandatangani pemerintah dan milisi loyalis tahun 2015 setelah intervensi militer yang dipimpin Perancis mulai menyingkirkan militan Islamis dari daerah itu. Mali utara masih bergejolak meskipun ada intervensi itu.
Dalam sebuah pernyataan misi PBB di Mali (MINUSMA) mengatakan penyebab pasti serangan itu masih diselidiki tapi menambahkan bahwa ledakan itu “menyebabkan korban besar”. Pernyataan itu mengatakan “MINUSMA mengecam keras serangan pengecut dan keji ini dan menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada pemerintah Mali, pihak-pihak dalam Perjanjian Damai serta keluarga para korban”.
Laporan Human Rights Watch yang dirilis minggu ini mengutip serangan-serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB dan pendudukan desa-desa oleh militan Islamis sebagai kegagalan pemerintah Mali untuk melindungi warga di daerah-daerah utara dan tengah.
Laporan itu mengatakan, militan Islamis telah membunuh puluhan orang selama tahun lalu dalam upayanya untuk memberlakukan hukum Syariah. [my/al]