Enam tahun perang tanpa henti telah membuat peta Suriah terlihat seperti potongan-potongan gambar dalam jigsaw puzzle. Akan tetapi para pemantau diplomatik Barat menyatakan mungkin bukan para pengambil kebijakan Barat atau para pangeran negara-negara Teluk dan Ayatullah Iran yang akan menyusun potongan-potongan itu. Mereka mengakui bahwa peran tersebut akan semakin besar dimainkan oleh Moskow dan Ankara.
Operasi Perisai Eufrat Turki diluncurkan pada 24 Agustus lalu, hanya beberapa pekan setelah kudeta militer yang gagal terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berubah menjadi penentu paling signifikan dalam konflik secara keseluruhan, sejak dimulainya serangan singkat militer Rusia di Suriah lebih dari setahun silam.
Kebanyakan analis dan komandan pemberontak menganggap intervensi Rusia menyelamatkan rezim Presiden Bashar al-Assad dari kekalahan dari oposisi Suriah. Sementara itu dalam hal keterlibatan militer Turki di sana, sudah ada dampak besarnya.
Bukan hanya milisi Tentara Pembebaan Suriah yang didukung Turki membantu menyingkirkan kelompok teror ISIS dari perbatasan Suriah-Turki, mereka juga memupuskan harapan Kurdi Suriah untuk menghubungkan seluruh empat daerah kekuasaan mereka di perbatasan, sehingga menghancurkan ambisi Kurdi membentuk sebuah negara merdeka.
Turki menganggap Unit-Unit Perlindungan Rakyat Kurdi, YPG, sebagai cabang kelompok pemberontak separatis Turki dan telah menegaskan bahwa Operasi Perisai Eufrat ditujukan terhadap dua musuh, YPG dan ISIS. [uh/ab]
