Tautan-tautan Akses

Quinnipiac: Pemilih Beri Beragam Penilaian terhadap Trump dalam Isu Dalam dan Luar Negeri


ARSIP - Presiden AS, Donald Trump, berbicara di sebuah rapat akbar di North Side Gymnasium di Elkhart, Indiana, Kamis 10 Mei 2018 (foto: AP Photo/Carolyn Kaster)
ARSIP - Presiden AS, Donald Trump, berbicara di sebuah rapat akbar di North Side Gymnasium di Elkhart, Indiana, Kamis 10 Mei 2018 (foto: AP Photo/Carolyn Kaster)

Lebih dari separuh pemilih Amerika mengatakan pertemuan Presiden Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un baru-baru ini mengurangi kemungkinan terjadinya perang nuklir, demikian menurut hasil jajak pendapat yang dirilis hari Rabu (20/6).

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Universitas Quinnipiac itu mendapati bahwa 54% pemilih menilai KTT yang berlangsung di Singapura pada 12 Juni lalu, mengurangi risiko terjadinya perang. Sementara 37% responden mengatakan mereka menilai pertemuan itu tidak mengurangi kemungkinan terjadinya perang.

“Pemilih Amerika mengatakan Presiden Donald Trump layak dipuji karena melangsungkan KTT dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un,” ujar Tim Malloy, asisten direktur jajak pendapat itu.

Meskipun demikian 50% pemilih mengatakan mereka tidak menilai KTT itu akan mendorong tercapainya perdamaian antar kedua negara, dan tujuh dari 10 pemilih tidak setuju dengan klaim Trump pada 13 Juni bahwa Korea Utara “tidak lagi menjadi ancaman nuklir.”

Dalam KTT itu Trump dan Kim menandatangani dokumen berjanji bahwa kedua negara akan “bekerja menyelesaikan denuklirisasi di Semenanjung Korea” dan berupaya membentuk “hubungan baru Amerika-DPRK.”

Korea Utara sebelumnya telah membuat sejumlah janji untuk melakukan denuklirisasi, tetapi belum ada yang terwujud. Pada tahun 2016, semasa pemerintahan Obama, Korea Utara “mengisyaratkan kesediaan kembali ke meja perundingan untuk membahas soal denuklirisasi,” demikian menurut kelompok aktivis pengendalian senjata “Arms Control Association.”

Menurut jajak pendapat itu 66% pemilih tidak setuju dengan usul bahwa Trump layak mendapat hadiah Nobel Perdamaian. Bulan Mei lalu18 anggota Partai Republik di DPR menulis surat ke Komite Nobel Norwegia untuk secara resmi mengusulkan agar Trump menerima penghargaan bergengsi itu.

seluruhan 52% pemilih mengatakan tidak mendukung kinerja Trump sebagai presiden, sementara 43% mengatakan mendukungnya. Jajak pendapat terakhir Quinnipiac yang dirilis 6 Juni lalu juga mendapati bahwa lebih banyak pemilih yang tidak mendukung kinerja presiden, dengan perbandingan 51% banding 40%. [em/al]

XS
SM
MD
LG