Ratusan pengunjuk rasa berpawai melalui jalan-jalan Kabul menuju Kedutaan Besar AS yang ditutup, Selasa (21/12), untuk mendesak pembebasan aset Afghanistan yang dibekukan.
Sambil memegang spanduk bertuliskan, “Mari kita makan'' dan “Berikan kami uang kami yang dibekukan,'' para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan dan berpawai di sebuah jalan besar, dengan pengamanan Taliban.
Pendanaan internasional untuk Afghanistan telah ditangguhkan dan miliaran dolar aset negara itu di luar negeri, sebagian besar di Amerika Serikat, dibekukan setelah Taliban menguasai negara itu pada pertengahan Agustus.
Kurangnya dana telah menghancurkan ekonomi Afghanistan yang sudah bermasalah, yang menyebabkan meningkatnya kemiskinan sementara kelompok-kelompok bantuan memperingatkan bencana kemanusiaan yang membayangi.
Pegawai negeri, mulai dari dokter hingga guru dan pegawai negeri sipil, sudah berbulan-bulan tidak digaji. Bank-bank, sementara itu, telah membatasi berapa banyak uang yang dapat ditarik oleh pemegang rekening.
Belum ada negara yang secara resmi mengakui Taliban sebagai penguasa baru di negara itu karena rekam jejak kelompok bersenjata tersebut sebelumnya.
Saat berkuasa 20 tahun lalu, rezim Taliban melarang perempuan dan anak perempuan mengenyam pendidikan dan terlibat dalam kegiatan publik; mewajibkan pria memiliki jenggot dan menghadiri salat berjemaah; melarang olahraga dan hiburan; dan melakukan eksekusi di depan umum.
Tetapi pejabat pemerintah Taliban saat ini mengatakan aturan mereka akan berbeda, termasuk akan mengizinkan pendidikan untuk semua anak perempuan, dan telah meminta masyarakat internasional untuk mengeluarkan dana dan membantu mencegah terjadinya bencana kemanusiaan. [ab/uh]