Medan, Sumatera Utara - Dua ratus pengungsi asal Afghanistan berunjuk rasa di Medan, di depan kantor perwakilan United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) atau Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, Senin (19/11). Para demonstran itu meminta kepada organisasi internasional untuk hak asasi manusia agar turun tangan menghentikan pembunuhan terhadap suku Hazara di Afghanistan.
Salah seorang pengungsi, Muhammad Zaky Mukhsin, mengatakan banyak keluarga mereka dari suku Hazara yang dituduh sebagai teroris telah dibunuh oleh Taliban, namun pemerintah hanya diam.
"Kami berkumpul di sini semua satu suku dari Afghanistan yakni suku Hazara. Kami berkumpul di sini hanya untuk menyampaikan suara kami ke organisasi internasional untuk hak asasi manusia. Mereka (pemerintah Afghanistan) kenapa diam. PBB kenapa diam. Keluarga kami suku Hazara lagi dibunuh di negara kami. Pemerintah diam, tidak ada reaksi apapun," katanya di Medan.
Zaky menuding pemerintah Afghanistan selalu membantu gerakan Taliban. Akibat serangan Taliban terhadap suku Hazara baru-baru ini, banyak pengungsi Afganistan di Medan tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga mereka.
"Pemerintah selalu campur tangan dengan teroris, tidak pernah membantu kami. Dia membantu teroris untuk membunuh Hazara di Afghanistan. Di sini banyak, dua ratusan orang tidak ada yang keluarganya bisa dihubungi. Kami tidak tahu mereka di mana," ungkapnya.
Demonstran Berharap Pemerintah Indonesia Bersedia Turun Tangan
Para demonstran juga berharap Indonesia bersedia turun tangan untuk membantu menghentikan pembunuhan terhadap suku Hazara di Afghanistan. Para demonstran yang sudah mengungsi di Indonesia selama 5 sampai 7 tahun ini sengaja melakukan unjuk rasa agar suara dan aspirasi mereka didengar oleh dunia.
"Tolong berhenti membunuh Hazara. Hazara itu juga manusia, dan punya hak untuk hidup di dunia ini. Itu yang kami lakukan berkumpul di sini. Kalau kami diam di asrama, tidak ada organisasi internasional dengarkan. Kami datang ke sini karena ada kantor perwakilan PBB (UNHCR)," ujar Zaky.
Sementara itu hal senada juga disampaikan pengungsi lainnya, Ishaq. Dia menuturkan insiden pembantaian terbaru terjadi di distrik Jaghori, Malistan, dan Qarabagh. Dalam pembantaian itu ratusan orang telah tewas dan ribuan keluarga telah mengungsi, bahkan kekerasan itu masih berlanjut. Namun Ishaq menyayangkan sikap pemerintah Afghanistan yang tidak peduli tentang kejahatan perang tersebut.
"Kami meminta PBB di Jenewa untuk bertindak dan tidak mengizinkan genosida lebih lanjut terhadap etnis tertentu yang ada di Afghanistan. Kami juga meminta North Atlantic Treaty Organization (NATO) untuk memenuhi komitmen membawa perdamaian di Afganistan," ucapnya.
Tidak lama kemudian, perwakilan UNHCR di Medan menemui para demonstran. Namun, pihak UNHCR enggan memberikan keterangan kepada awak media. [aa/uh]