Kevin (16) setiap hari berada di antara kerumunan warga masyarakat yang bekerja membongkar reruntuhan bangunan dan menggali timbunan tanah di kelurahan Petobo, Palu Selatan, Sulawesi Tengah, untuk mengevakuasi ratusan warga yang diperkirakan masih tertimbun. Ia ingin mencari kepastian nasib ayah, ibu dan adiknya, yang sejak gempa Jumat lalu (28/9) tidak diketahui keberadaanya.
Cari Ayah-Ibu-Adik, Kevin Datang ke Lokasi Evakuasi Setiap Hari
Kepada VOA Kevin mengatakan ketika gempa bumi berkekuatan 7,4 SR itu menghantam Palu dan Donggala, ia dan beberapa teman sedang piknik ke salah satu daerah lain di Palu. Ketika berhasil kembali ke kompleks perumahannya pada keesokan harinya, ia tidak lagi mendapati rumahnya. Kompleks itu tertimbun tanah setinggi empat meter. Tanah yang terasa lembut saat dipijak itu menimbun setidaknya 744 rumah, termasuk rumah keluarganya. Sejak itu ia tidak lagi melihat ayah, ibu dan adiknya.
“Kehilangan ayah, ibu sama adik, juga ada kakek dan nenekku. Kemungkinan ada di dalam rumah. Nama ayah Rusdi Jangaitu, nama ibu Ritna, nama adik Aura Malika Rusdi,” ujar Kevin dengan suara tercekat.
Dengan berusaha tegar, Kevin mengatakan ia sempat berharap ayah, ibu dan adiknya mungkin selamat dan ada di salah satu lokasi pengungsian. Namun setelah menyisir beberapa tempat penampungan, ia tidak berhasil menemukan mereka. Ia mengatakan, jika mereka berada di rumah ketika gempa terjadi Jumat sore itu dan tertimpa bangunan, maka kecil kemungkinan mereka selamat. Namun setiap hari Kevin datang ke lokasi bekas rumahnya itu. “Saya selalu bersabar, tawakkal, terus doakan mereka yang sudah tenang di sana,” ujarnya.
Seorang warga lainnya, Yudi, mengatakan lokasi pemukiman Balaroa itu dikenal sebagai lokasi yang ramai karena dekat dengan pasar tradisional Buluri. Menurutnya ketika gempa terjadi, banyak orang sedang berada di dalam rumah. “Di sini wilayah dekat pasar, ini banyak pedagang-pedagang pinggir jalan, baru di sisi kanan jalan raya itu perumahan semua. Padat sekali,” tuturnya.
Sempat Terendam Lumpur Selama Lima Jam, Mirsan Berhasil Selamatkan Diri
Ditemui di lokasi yang sedang dipadati petugas evakuasi, Mirsan (50 tahun) masih mengingat bagaimana ia sangat ketakutan dengan fenomena banjir bandang lumpur yang tiba-tiba muncul dan mengalir cepat menyapu orang-orang yang sedang berada di jalan serta rumah-rumah di Petobo sesaat setelah gempa.
“Tanah itu langsung tergoyang, kayak tergulung, kemudian jalan itu terpecah semua, tiang listrik pada berjatuhan. Pada saat itu muncul lumpur dengan air, kayak terendam, kayak banjir bandang, rumah-rumah turun ke bawah, tertutup dengan lumpur. Sangat cepat, kita tidak bisa menghindar,” ujarnya menceritakan apa yang terjadi.
Mirsan selamat karena berusaha untuk tidak panik. Ia sempat terendam lumpur dan dibutuhkan waktu lima jam untuk dapat keluar dari lumpur yang merendam sebagian tubuhnya. Ia mengaku sempat menyelamatkan dua anak-anak yang kemudian dibawanya ke tempat yang lebih aman, yaitu bagian tanah yang lebih keras.
Hingga kini upaya evakuasi korban yang diduga tertimbun tanah di kelurahan Petobo masih terus berlangsung, melibatkan sejumlah peralatan berat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB menyebut fenomena munculnya lumpur secara tiba-tiba pasca gempa itu sebagai likuifaksi. Ini menyulitkan upaya evakuasi korban.
Wapres Ajak Warga Ikut Bantu Evakuasi
Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kunjungannya ke Palu, Jumat lalu (5/10) mengajak warga masyarakat ikut bahu-membahu mengevakuasi korban, tidak menunggu tim SAR semata. “Masyarakat harus ikut kerja evakuasi. Masyarakat juga harus serta dan saya yakin bisa.”
Jusuf Kalla mengatakan pemerintah kini berupaya untuk memulihkan perekonomian masyarakat Palu yang lumpuh dengan mempercepat berfungsinya kembali aliran listrik serta pendistribusian BBM dengan cara konvensional, yaitu dengan penggunaan drum di berbagai lokasi, sehingga mengurangi antrian panjang kendaraan dan jerigen yang masih terjadi di seluruh SPBU di kota Palu.
Jumlah Korban Tewas Mencapai 1.649
BNPB mencatat jumlah korban tewas akibat gempa dan tsunami di empat wilayah Sulawesi Tengah mencapai 1.649 orang hingga Jumat (5/10). Gempa dan tsunami juga mengakibatkan 2.549 orang luka-luka, 113 orang hilang dan 152 tertimbun, serta 70.821 orang mengungsi. [yl/em]