Tautan-tautan Akses

RI-AS Tandatangani Kerjasama Teknologi Energi Ramah Lingkungan


Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi (kedua dari kiri) usai penandatanganan kerjasama dengan pihak Amerika Serikat Selasa 8/10 (foto: VOA/Muliarta).
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi (kedua dari kiri) usai penandatanganan kerjasama dengan pihak Amerika Serikat Selasa 8/10 (foto: VOA/Muliarta).

Indonesia dan Amerika telah menandatangani tiga kerjasama penggunaan teknologi energi ramah lingkungan di Denpasar, Bali, hari Selasa (8/10).

Indonesia berkomitmen untuk terus mengembangkan penggunaan energi ramah lingkungan. Dalam upaya mengembangkan penggunaan teknologi energi ramah lingkungan, Indonesia menandatangani kerjasama dengan Amerika Serikat.

Amerika Serikat dan Indonesia menandatangani tiga kerjasama penggunaan teknologi energi ramah lingkungan.

Kerjasama pertama dilakukan antara Ormat Technologies, Inc dengan PT Pasific Geo Energy dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Sumbawa yang berkapasitas 60 Megawatt. Kerjasama dengan nilai investasi sekitar USD 250 juta tersebut diperkirakan mampu mengurangi emisi carbon mencapai 1/2 juta ton setiap tahunnya.

Kerjasama kedua antara SunEdison dengan PT Angkasa Pura I dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk digunakan di 4 bandara di Indonesia yaitu Bandara Ngurah Rai Bali, Djuanda Surabaya, Sepinggan Balikpapan, dan Hasanudin Makasar.

Ketiga adalah kerjasama antara Fluidic dengan Indosat dalam upaya memproduksi baterai untuk menara penangkap sinyal (BTS) milik Indosat. Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Penny Pritzker dalam keteranganya di Nusa Dua Bali pada Selasa Siang menyampaikan penandatanganan kerjasama menandakan bahwa hubungan Amerika Serikat dan Indonesia menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam hal pengembangan energi ramah lingkungan

Penny Pritzker menjelaskan, “Energi bersih adalah salah satu contoh dimana kemitraan Amerika-Indonesia adalah sesuatu yang sifatnya masuk akal, teknologi Amerika Serikat dan komitmen Indonesia terhadap piñata gunaan lingkungan akhirnya bersatu dan bergabung dengan cara yang kuat.”

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi mengatakan kerjasama dengan Amerika merupakan upaya mengembangkan energi bersih. Kerjasama juga sangat menguntungkan, khususnya kerjasama produksi baterai BTS, karena produksinya dilakukan di Bogor dengan bahan-bahan yang 70 persennya adalah bahan lokal.

“Bahan-bahanya juga dari Indonesia, hanya sedikit hak paten, core-nya dari Amerika, sehingga tingkat kandungan bahan dalam negerinya 70 persen, ada sekitar 100 lebih engineering yang bekerja di situ yang berinovasi dan membuat perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia, Panas, lembab, hujan, angin,” papar Budi Darmadi.

Sedangkan Presiden Direktur Angkasa Pura I Tommy Soetomo menyampaikan mulai 2014, PT Angkasa Pura akan menggunakan listrik yang dibangkitkan dari pembangkit listrik energi surya. Langkah ini sebagai upaya dalam mewujudkan bandara yang ramah lingkungan di Indonesia

“Karena kita mengkomsumsi listrik itu vital bagi bandara terutama untuk air conditioner , itu kan kita ambil dari PLN, PLN ngambilnya kalau tidak disel yang mahal kan bisa dari batubara, kita akan coba, mudah-mudahan bisa langsung untuk bandara yang besar, Surabaya, Balikpapan, Bali dan Makasar,” ungkap Tommy Soetomo.

Kementerian Perhubungan sebelumnya telah mengeluarkan surat keputusan tentang pedoman pelaksanaan Bandar udara ramah lingkungan. Surat keputusan tersebut ditindaklanjuti dengan Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara melalui surat tertanggal 5 Maret 2012 yang mengintruksikan para pengelola bandara di Indonesia menerapkan konsep bandara ramah lingkungan. Penerapan konsep ini diharapkan mampu mengurangi emisi karbon dioksida dari sector penerbangan yang berkontribusi 2 persen terhadap perubahan iklim.

Recommended

XS
SM
MD
LG