Walikota Ridwan Kamil baru-baru ini diundang untuk menjadi pembicara di beberapa institusi ternama di Amerika, salah satunya University of California di Los Angeles atau UCLA Luskin School for Public Affairs (Urban Planning Department), di mana ia berbagi mengenai terobosan-terobosan inovasi yang ia lakukan dalam membangun kota Bandung.
Salah satunya melalui ‘Happiness Project’ di mana pemerintah kota Bandung menciptakan budaya saling berdialog dan bersilaturahmi, yang bertujuan untuk meningkatkan kebahagiaan bagi para penduduknya.
“Maka saya bikin banyak festival di jalan, bikin car free day, car free night, bikin kunjungan tiap hari Minggu kepada lansia-lansia yang kesepian, membuat (atau) bawa makanan makan malam ke warga paling miskin seminggu sekali, nonton bareng, dan sebagainya,” papar Ridwan Kamil kepada VOA Indonesia belum lama ini.
Saat berbicara di UCLA, Ridwan Kamil juga membahas teknologi-teknologi terbaru yang diadaptasi oleh kota Bandung, di mana kini sudah ada lebih dari tiga ratus perangkat lunak yang dibangun untuk memperbaiki layanan publik. Menurutnya, pemerintah harus mampu beradaptasi, karena jika tidak akan “ketinggalan kereta.”
“Menurut mereka inilah contoh kota yang public service-nya beradaptasi seperti halnya perubahan-perubahan teknologi yang terjadi di sektor swasta. Misalkan perizinan dibikin online, kita bisa ada kunjungan dokter ke rumah lewat apps, kita bisa mengecek kinerja daerah pemerintah melalui apps, komplen online ada ratusan lainnya begitu,” jelas salah satu calon gubernur Jawa Barat dalam Pilkada 2018 mendatang.
Ide dan inovasi Ridwan Kamil yang telah membawa perubahan kota Bandung ini mendapat tanggapan yang sangat positif dari warga AS.
“Iya intinya kalau saya sih, buat apa jadi pemimpin kalau tidak membawa perubahan?” ujarnya.
University of Southern California (USC) di Los Angeles menyampaikan rencananya untuk terjun langsung ke Indonesia untuk melakukan riset.
“Saya kan ngasih kuliah di USC juga ya, mereka tertarik akan ke Indonesia untuk menggunakan riset-riset mereka, dengan kasus Indonesia, khususnya di Bandung, sehingga nanti hasilnya, risetnya bermanfaat buat kami di Indonesia dan bermanfaat buat kemajuan ilmu mereka juga di kampusnya,” ujar Ridwan Kamil.
Di Minggu yang sama, pria yang akrab disapa Kang Emil ini juga hadir di sebuah konferensi global yang diselenggarakan di Milken Institute di Los Angeles, di mana ia bersama tokoh-tokoh teknologi di Asia membahas tren terbaru dunia, antara lain Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan dan mobil swa kemudi yang menurutnya harus siap diterima dengan terbuka.
Sebagai walikota, ia juga menambahkan bahwa di Bandung pun mereka harus bergerak cepat seperti halnya dunia teknologi di swasta, agar tetap bisa mengikuti dan menjadi bagian dari tren dunia.
“Kita kan punya visi bikin small Silicon Valley di Indonesia. Di bandung itu salah satu respon agar tren dunia ini bisa kita respon,” kata Ridwan Kamil.
Di Los Angeles, Ridwan Kamil juga berbagi pengalaman dan tips suksesnya di acara Supermentor 23, sebuah wadah yang diinisiasi oleh Dino Patti Djalal pada tahun 2014. Acara yang bekerja sama dengan penyelenggara lokal, Dapoer Kita Productions ini dihadiri oleh sekitar 200 orang yang terdiri dari diaspora Indonesia dan warga Amerika.
Selain Ridwan Kamil, acara ini juga menghadirkan Dino Patti Djalal, dan salah seorang pendiri Marvel Technology Group di California, Sehat Sutardja sebagai pembicara.
“Saya cerita bahwa dunia ini bergerak ke arah perubahan-perubahan. Kalau kita tidak paham, kita akan ketinggalan,” ujarnya.
Walikota kelahiran tahun 1971 ini juga berpesan kepada hadirin agar selalu waspada terhadap dunia yang menurutnya semakin kompetitif, sehingga sangat penting untuk memiliki nilai tambah, meningkatkan kualitas diri, dan menjadi generasi yang responsif. Tidak lupa pria yang sangat menyenangi teknologi ini mengingatkan untuk tidak menggunakan teknologi untuk kebencian.
“Kita sampaikan pesan-pesan perdamaian. Di sisi lain dunia juga makin terkoneksi, maka manfaatkan keterkoneksian ini untuk kemajuan bangsa,” kata Ridwan Kamil.
“Indonesia (tahun) 2045 kan diprediksi menjadi negara hebat nomor 3, salah satu syaratnya adalah generasi muda millenial ini harus very highly competitive,” tegasnya.
Kepada para diaspora Indonesia di Amerika, Ridwan Kamil mengatakan dengan kemajuan teknologi berarti membuka peluang bagi mereka untuk tetap bisa membantu Indonesia. Yang penting, kuncinya adalah cinta.
“Selama masih ada cinta dengan Indonesia, anda dan siapa pun diaspora dengan keterkoneksian teknologi bisa membantu Indonesia dari jauh,” papar Ridwan Kamil.
“Yang kedua adalah semaksimal mungkin jadi orang hebat di negeri orang. Kalau memang sudah waktunya tiba, ya kita tunggu pulang untuk membangun Indonesia yang masih banyak perlu bantuan dan kebutuhan,” tambahnya lagi.
Proyek Terkini di Bandung
Lewat wawancaranya dengan VOA, Ridwan Kamil juga sempat bercerita mengenai rencana untuk membangun studio animasi PIXAR di Bandung.
"Masih proses, karena isu-isu begini tidak bisa hitungan setahun, dua tahun ya, tapi saya enggak akan menyerah. Kenapa? Karena the best marketing is the mayor, kira-kira begitu ya? Jadi terus saja, di mana ada daya, upaya kita akan lakukan itu. Karena animator-animator Indonesia yang di Bandung juga luar biasa. Jadi tinggal saya persistent aja melobi-lobi, mudah-mudahan sampai mimpinya."
Saat ini Ridwan Kamil tengah fokus mengentaskan kemikinan di kota Bandung dengan menggunakan teknologi digital, salah satunya dengan melatih para petani agar melek online. Ia bertekad mengajarkan mengenai perdagangan digital, sehingga dapat membekali warga yang tidak mampu dengan kekuatan ekonomi, dan juga meningkatkan kesejahteraan para petani.
“Selama ini petani-petani ini banyak miskin karena berdagangnya didikte oleh perdagangan konvensional orang lain,” ujar walikota lulusan University of California, Berkeley, AS ini.
Yang pasti teknologi yang digunakan juga akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan para penggunanya, juga tidak terlalu rumit.
“Itulah kenapa pemimpin seperti saya yang sangat menyenangi teknologi, memahami bahwa teknologi adalah tools, cara kita mengubah hidup kita dengan lebih baik, banyak mereka yang tidak paham sehingga butuh pemimpin yang paham untuk menciptakan dunia baru,” pungkasnya. [di]