Sebuah roket tak berawak AS yang membawa perbekalan ke Stasiun Antariksa Internasional meledak tak lama setelah lepas landas hari Minggu (28/6). Puing-puing dari roket "Falcon 9" seberat 2.300 kilogram itu jatuh ke Samudera Atlantik.
Untuk ketiga kalinya dalam delapan bulan, pengiriman ke stasiun antariksa internasional mengalami kegagalan.
Sebelumnya, pesawat kargo antariksa Rusia yang kembali dari stasiun antariksa lepas kendali ketika masuk kembali ke atmosfir pada bulan April, dan satu lagi roket perbekalan hancur dalam kecelakaan peluncuran bulan Oktober tahun lalu.
Kegagalan hari Minggu itu terjadi dalam waktu dua menit dan 19 detik setelah peluncuran dari Cape Canaveral, Florida. Roket "Falcon 9" setinggi 63 meter milik Space Exploration Tecnologies atau "SpaceX" itu meledak dalam keadaan cuaca sangat cerah.
Roket tersebut terbang dengan kecepatan lebih dari 4.600 kilometer per jam setinggi 43 kilometer di atas bumi ketika meledak.
Gagalnya pengiriman – termasuk barang-barang pengganti untuk kargo dalam dua misi yang gagal sebelumnya – merupakan kerugian besar bagi badan antariksa AS (NASA), yang mengandalkan industri swasta untuk memasok perbekalan ke Stasiun Antariksa Internasional.
SpaceX merupakan salah satu perusahaan pesaing dalam pengiriman perbekalan dan mereka sebelumnya telah melakukan tujuh misi yang sukses sejak tahun 2012.
"Tidak jelas dari data mengenai apa yang terjadi," kata juru bicara peluncuran NASA George Diller. "Mereka mulai memutar ulang video untuk melihat dan mengamati apakah ada petunjuk dari gambar-gambar video itu, tentang kemungkinan apa yang telah terjadi."
Direktur utama SpaceX, Elon Musk mengatakan kecelakaan itu tampaknya terkait dengan tekanan yang berlebihan dalam tangki oksigen cair pada bagian atas roket tersebut.