Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali terjadi. Berdasarkan informasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN yang memantau satelit Modis dengan sensor Terra Aqua dari NASA hari Minggu (3/7), diketahui ada sedikitnya 288 hotspot atau titik kebakaran.
Dari 288 hotspot tersebut, 245 hotspot diketahui ada di Sumatera dan 43 lainnya di Kalimantan.
Menurut keterangan pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima VOA Minggu (3/7) pagi, sebagian besar hotspot itu merupakan akibat tindakan yang disengaja atau dengan kata lain hutan dan lahan itu sengaja dibakar.
Dari 245 hotspot karhutla di Sumatera, 29 titik berada di Aceh, 112 di Sumatera Utara, 47 di Sumatera Barat, 25 di Riau, 15 di Bengkulu, 10 di Jambi, 2 di Lampung dan 4 di Sumatera Selatan.
Hingga laporan ini disampaikan indeks standar pencemaran udara di Lido, kabupaten Rokan Hilir – Riau berada pada tingkat “sedang” hingga “tidak sehat”.
BNPB mengatakan telah mengirim dua helikopter “water bombing” jenis MI-8 dan MI-171 dan dua pesawat “air tractor water bombing” untuk memadamkan api dari udara.
Sementara, operasi pemadaman dari darat dilakukan secara terpadu oleh satgas gabungan yang beranggotakan unsur TNI, polisi, Manggala Agni, pemadam kebakaran, BPBD, LSM Masyarakat Peduli Api dan karyawan perusahaan setempat.
BNPB menilai kondisi hutan dan lahan yang terletak di tempat terpencil yang sulit diakses dan kesulitan menemukan sumber mata air ikut menyulitkan operasi pemadaman kebakaran. Padahal jika operasi pemadaman tidak segera dimulai, maka kemungkinan titik kebakaran akan bertambah seiring meningkatnya suhu pada bulan Juli hingga September mendatang.
Kepala BNPB Willem Rampangilei telah memerintahkan BPBD terkait untuk meningkatkan operasi pemadaman, dan menyerukan agar tidak lengah selama libur lebaran pekan depan. Masyarakat juga diimbau untuk tidak membuka lahan dengan melakukan pembakaran. [em]