LSM internasional Save the Children mengatakan sekitar 130 anak atau lebih meninggal setiap hari di Yaman yang hancur dilanda perang, akibat kelaparan dan penyakit.
Save the Children menyatakan hari Rabu (15/11) bahwa blokade yang terus diterapkan pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi terhadap pemberontak Syiah Houthi, akan terus meningkatkan jumlah kematian. LSM tersebut mengatkan lebih dari 50.000 anak-anak diyakini meninggal pada tahun 2017.
Arab Saudi menerapkan blokade terhadap pelabuhan Yaman setelah serangan misil dekat Riyadh pada awal bulan November ini. Menurut Saudi, pasukan koalisi akan membuka blokade tersebut, setelah menerima kritik dari dunia internasional.
Pada hari Kamis (16/11) pemimpin WHO, UNICEF dan Program Pangan Dunia mengeluarkan pernyataan bersama yang meminta agar Arab melonggarkan blokade tersebut.
"Walaupun koalisi militer yang dipimpin oleh Saudi telah membuka sebagian blokir terhadap Yaman, penutupan sebagian besar pelabuhan udara, perairan dan darat memperparah keadaan yang sudah terlanjur buruk," menurut Save the Children.
"Ruang dan akses yang dibutuhkan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan terganggu, mengancam jiwa jutaan anak dan keluarga."
Pasukan koalisi pimpinan Saudi berperang melawan pemberontak yang dikenal sebagai Houthi, pada bulan Maret 2015, mewakili pemerintah Yaman yang diakui dunia internasional. Tapi koalisi hanya berhasil mencapai sedikit kemajuan dan para pemberontak masih menguasai sebagian besar Yaman utara, termasuk ibukota Sanaa.
Perang melawan pemberontak ini telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan 3 juta telah meninggalkan tempat tinggal mereka. Yaman adalah negara Arab termiskin bahkan sebelum konflik ini dimulai.
Pejabat PBB mengatakan lebih dari 20 juta orang, termasuk 11 juta anak-anak, membutuhkan bantuan darurat, dan 7 juta di antaranya sangat bergantung pada bantuan pangan. PBB menyebut krisis ini sebagai "krisis kemanusiaan terburuk di dunia."
"Bahkan setelah blokade sebagian dihapus, Program Pangan Dunia memperkirakan 3,2 juta orang akan kelaparan. Kalau tidak diatasi, 150.000 anak-anak yang kekurangan gizi mungkin meninggal dalam beberapa bulan ke depan," menurut pejabat tersebut.
Di hari yang sama, juru bicara PBB mengatakan bahwa Sekjen PBB Antonio Guterres telah menulis kepada Dubes Arab Saudi di PBB. Guterres mengatakan bahwa kegagalan Arab membuka kembali bandara dan pelabuhan penting di Yaman telah menghambat upaya-upaya kemanusiaan untuk menangani krisis di negara miskin tersebut.
Stephane Dujarric mengatakan Guterres menyambut dibukanya kembali pelabuhan di kota Aden tapi ini "tidak akan memenuhi kebutuhan 28 juta warga Yaman."
Dujarric mengatakan PBB mendesak koalisi yang dipimpin Saudi untuk meneruskan kembali penerbangan kemanusiaan PBB ke Aden dan Sanaa, dan membuka kembali pelabuhan kota Hodeida dan Salif untuk pengiriman makanan dan obat-obatan.
Seperti ibukota Sanaa, Hodeida dan Salif berada di kawasan yang dikuasai pemberontak. [dw]