Serangan teror Hamas terhadap warga Israel awal Oktober lalu mengejutkan warga Yahudi-Amerika yang kemudian melangsungkan berbagai pawai untuk mendukung Israel dan mengenang para korban.
Yair Lev, yang berasal dari Yerusalem, menyampaikan pandangannya dalam pawai di Philadelphia.
“Ini tentang mengutuk kejahatan terburuk dalam 80 tahun terakhir, (kejahatan) anti-Yahudi. Kita tidak dapat menoleransi hal ini. Kita harus melakukan sesuatu. Semua orang, tanpa melihat agama atau ras, melakukan apa saja untuk mendukung Israel dalam masa-masa sulit ini," kata Yair.
Sebagian besar warga Yahudi-Amerika yang pandangannya oleh Pew Research Center dalam jajak pendapat pada 2019 dan 2020 mengatakan mereka percaya rasa peduli pada Israel merupakan bagian penting dari menjadi seorang Yahudi. Namun, data juga menunjukkan munculnya perbedaan pandangan di antara generasi yang lebih muda dan lebih tua, yang menurut para analis masih saja ada.
“Ada identifikasi yang lebih kuat dengan Israel. Ada perasaan yang lebih kuat bahwa Israel adalah bagian dari identitas kita, dan bagian dari menjadi Yahudi, di antara warga Yahudi yang lebih sepuh dan lebih religius. Mayoritas orang Yahudi yang tidak terafiliasi dengan apapun dan berusia lebih muda, tidak terlalu mengidentifikasi diri dengan Israel," kata Jerome Segal, Direktur International Peace Consultancy.
Sebagian warga Yahudi-Amerika yang lebih muda dan berdemonstrasi di gedung Kongres AS pada pertengahan Oktober lalu mengatakan merasa hancur dengan serangan mendadak Hamas, tetapi tetap tidak menyetujui tanggapan militer Israel dan krisis kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza.
“Kami membawa rasa pedih dan sakit itu ke jalan-jalan, untuk mengatakan bahwa perang ini, serangan terhadap warga Palestina sekarang ini, tidak akan membuat keluarga kami aman. Serangan terhadap warga Palestina tidak akan mengembalikan orang-orang yang kami cintai itu," ujar Eva Borgwardt, juru bicara gerakan IfNotNow.
Linda Holtzman, seorang warga Yahudi-Amerika lain dan sekaligus rabbi dari Philadelphia yang ikut berdemonstrasi, menyampaikan keprihatinan dengan sikap Amerika dalam konflik itu.
“Presiden Biden, buka mata Anda. Lihat apa yang sedang terjadi di Gaza. Lihat kehancuran di Gaza. Jika Anda ingin hidup dengan tenang, Anda harus bersuara dan mengakhiri genosida itu, dan menuntut gencatan senjata sekarang juga," kata Linda.
Hal senada disampaikan Dina Afek, warga Israel yang ikut berdemonstrasi di Albuquerque, New Mexico.
“Perlu ada tekanan dari Amerika dan negara-negara lain untuk menghentikan kegilaan dan perang ini," kata Dina.
Pakar kajian sejarah dan perdamaian di Kroc Institute for International Peace Study, Asher Kaufman, mengatakan jika serangan balasan Israel ini berlanjut dan jumlah korban tewas akibat konflik ini terus melonjak, akan semakin menyulitkan untuk mempertahankan pandangan yang berbeda atas konflik itu.
“Anda dapat mengutuk tindakan Hamas pada tanggal 7 Oktober itu. Dan pada saat yang sama, Anda juga dapat mengkritisi terus berlanjutnya pendudukan Israel di Tepi Barat dan pengepungan Gaza. Dalam pandangan saya, kedua hal ini tidak menafikan satu sama lain. Tetapi saat ini menjadi sangat sulit untuk melakukan observasi rumit ini. Orang-orang tidak lagi sabar," papar Asher.
Dalam pandangan Kaufman, perpecahan ini akan menjadi semakin tajam jika situasi kemanusiaan di Gaza memburuk. [em/ka]
Forum